Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Pengamat)
BUKAN dagelan bahwa ada Hari Pengangguran Internasional (International Unemployment Day). Tepatnya 6 Maret 1930 saat masa Depresi Besar (The Great Depression) yang melanda AS, krisis ekonomi terhebat yang pernah melanda Paman Sam.
Ironis karena ketika itu perekonomian AS tengah maju pesat dan kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat. Periode kemajuan itu disebut sebagai “ The Roaring Twenties “.
Persoalannya, pesatnya ekonomi AS waktu itu justru memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Indeks saham pun melejit hingga mencapai puncaknya pada Agustus 1929. Namun, memasuki bulan September 1929, harga saham secara perlahan terus turun. Dan tepat pada 24 Oktober 1929, terjadi pelepasan saham-saham secara masif, hampir 13 – 16 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu sehari.
Kolapsnya pasar saham membuat kepercayaan konsumen lenyap. Hal itu menyebabkan penurunan daya beli, menyusutnya investasi, guncangan di sektor industri, hingga merebaknya pengangguran.
Pada 1930 jumlah penganggur mencapai 4 juta orang. Kemudian meningkat menjadi 6 juta pada 1931 dan di tahun 1933 jumlahnya mengganas di sekitar 15 juta. Tak ayal di Amerika dan Eropa aksi demontrasi besar – besaran terjadi, para penganggur menuntut pekerjaan.
Total lebih dari 30 kota di AS yang mengikuti aksi Hari Pengangguran Internasional pada 6 Maret, dengan total peserta mencapai lebih dari 1,25 juta orang. Aksi tersebut sukses membangkitkan kesadaran massa terkait masalah pengangguran di AS, bahwa depresi ekonomi bisa muncul dari pertumbuhan ekonomi yang tak merata. Pertumbuhan yang tak di imbangi pertumbuhan sektor riil. Bagaimana mungkin harga saham melejit, saat sebagian besar pekerja di tindas upah murah.
Indonesia Hari ini
Lalu bagaimana kondisi Indonesia saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran Indonesia sebesar 9,1 juta orang pada Agustus 2021. Jumlah ini naik dari 8,7 juta orang pada Februari 2021, tetapi menurun jika dibandingkan 9,8 juta orang pada periode yang sama tahun lalu.
Namun pengangguran Indonesia menurun jika dilihat dari tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tercatat TPT Indonesia sebesar 6,49 persen pada Agustus 2021. TPT ini menurun dari 9,72 persen pada Februari 2021 dan 7,07 persen pada Agustus 2020.
Apa iya ? Tentu saja data itu betul. Namun, bukan bearti tak memiliki kelemahan. Pengangguran terbuka adalah suatu kondisi ketika seseorang memiliki keinginan untuk bekerja, berpendidikan, tetapi tidak dapat menemukan pekerjaan. Jenis pengangguran yang satu ini terlihat jelas dan seringkali ditemukan di masyarakat.
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadul karena adanya orang terpelajar yang siap bekerja tapi tidak sebanding dengan lahan pekerjaan yang tersedia. Untuk itu mari kita lihat data tentang lapangan pekerjaan.
Bersumber dari Kementerian Ketenagakerjaan, di tahun 2021 terdapat 507.799 lowongan kerja terdaftar yang tersebar di berbagai daerah. Sementara itu, jumlah pemenuhan tenaga kerja di tahun 2021 tercatat sebanyak 472.724, baik untuk tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Lalu, ketika data BPS menyatakan jumlah pengangguran terbuka menurun dari 9,8 juta ke 9,1 juta di tahun 2021 telah ada ketaksinkronan data, penyerapan tanaga kerja sudah melebihi jumlah lowongan kerja.
Data ini akan lebih tak sinkron, jika melihat jumlah angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2021 mencapai 140,15 juta orang, naik 1,93 juta orang dibanding Agustus 2020. Sementara jumlah penduduk usia kerja yang telah bekerja pada Agustus 2021 sebesar 131,05 juta orang. Jumlah itu naik 2,60 juta orang dibanding tahun sebelumnya.
Tentu saja ada alasan akan hal ini, baik secara metode maupun interprestasi. Tapi secara sederhana ini memperlihatkan betapa rendahnya kehandalan dan kedalaman data kita. Hari ini, secara faktual kita bersepakat pengangguran masih sangat tinggi disekitar kita, itu baru pengangguran terbuka, belum lagi bicara pengangguran terselubung, mereka yang terpaksa bekerja apa adanya, keroyokan, dengan upah yang berbagi. Nampaknya, hari Pengangguran Internasional kemarin menjadi cermin Indonesia hari ini. (***)
Discussion about this post