Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Pengamat)
MANTAP ! Kata ini bukan akronim dari Visi pak Gubernur, tapi untuk dukungan pada Kapolda Jambi Irjen. Pol A Rachmad Wibowo yang tegas meminta pencanangan Sungai Batanghari Bersih jangan sekedar seremonial belaka, tetapi harus dilakukan dengan kerja nyata di lapangan.
Menurut saya pernyataan orang nomor satu di jajaran Polda Jambi ini amat positif dan konstruktif. Membangun kesadaran kita semua akan pentingnya aksi nyata dalam menyelamatkan Sungai Batanghari.
Hari ini sebagian besar publik melihat upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi dalam pencanangan gerakan Sungai Batanghari Bersih tahun 2022 di Rumah Dinas Gubernur Jambi, Rabu (9/3/2022) masih sebatas seremonial, amat jauh dari aksi nyata.
Kalaupun ada aksi, masih sebatas penandatanganan MoU dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jambi untuk mensukseskan pencanangan Sungai Batanghari Bersih. Tanpa paparan rencana yang jelas rencana apa yang akan dilakukan untuk menyelamatkan Sungai Batanghari.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari kian hari makin mengkhawatirkan. Keruh, dangkal dan makin terpinggirkan dalam kehidupan orang Jambi. Sudah banyak kajian yang mengatakan bahwa kondisi DAS Batanghari sudah sangat kritis akibat berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi.
Bila di analogikan Sungai Batanghari yang tercemar sebagai orang yang sedang sakit. Maka, Sungai Batanghari kondisinya sudah seperti seorang pasien yang harus dirawat di ICU, butuh tindakan nyata untuk menyelamatkannya, bukan sekedar wacana seremonial belaka.
Kondisi kritis Sungai Batanghari disebabkan oleh permasalahan sosial ekonomi masyarakat. Di hulu Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI), konsesi lahan serta pembabatan hutan menjadi hal yang mengerikan, membuat banjir dan kekeringan serta pencemaran lingkungan.
Sampai saat ini, upaya-upaya penyelamatan Sungai Batanghari belum menjawab berbagai persoalan yang terjadi, buktinya belum ada kajian seperti roadmap, Rencana Aksi Nasional serta Rencana Aksi Daerah yang disepakati untuk menyelamatkan sungai terpanjang di Sumatera tersebut.
Walhasil, upaya-upaya yang ada masih belum cukup untuk mengatasi permasalahan Sungai Batanghari. Para stakeholder harus bersinergi aksi menciptakan program yang diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan sekedar sinergi tanda tangan sebuah pernyataan.
Sekarang adalah saatnya bergerak. Bukan lagi hanya melakukan berbagai penandatanganan kesepakatan dan diskusi terkait Sungai Batanghari seperti yang dilakukan selama ini. Saat ini kita harus melakukan tindakan tepat dan terukur untuk menyelamatkan Sungai Batanghari dari daerah Hulu.
Jika bicara manfaat, Peran Sungai Batanghari bagi masyarakat Jambi tidak bisa dipandang sebelah mata. Bagi masyarakat ulu, sungai ini berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan seperti pertanian, perindustrian, perikanan dan sebagainya. Sedangkan, bagi warga hilir, Sungai Batanghari menyuplai kebutuhan air baku dan jalur transportasi di Jambi.
Mengingat pentingnya peran DAS Batanghari bagi kehidupan masyarakat, pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten kota harus bisa bersinergi dalam penyelamatan sungai tersebut. Tentu sinergi bukan sebatas kumpul – kumpul tanpa aksi nyata, tapi sinergi kebijakan, program dan anggaran, ada rencana bersama, ada upaya terkonsolidasi dari hulu hingga hilir dari berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, lingkungan, hukum dan lainnya.
Seharusnya hal ini yang menjadi target utama bagi Gubernur Jambi Al Haris yang baru terpilih untuk memperbaiki kondisi DAS Batanghari. Karena dengan kondisi Batanghari yang baik, maka semua aspek kehidupan masyarakat Jambi akan menjadi lebih baik.
Disamping itu, masyarakat sebagai pemanfaat air Batanghari sebaiknya ikut berkontribusi dalam upaya pengelolaan sungai ini. Tanpa keterlibatan masyarakat upaya ini akan melahirkan konflik baru, atas nama ekonomi akan sulit menyelamatkan Sungai Batanghari.
Praktek PETI misalnya, ada kepentingan ekonomi masyarakat disana, meski kita tahu, masyarakat juga kadang dimanfaatkan oleh pemodal untuk menambang emas di sungai. Namun, jika kesadaran masyarakat tinggi usaha eksploitasi sungai secara brutal ini akan ditolak oleh masyarakat. Untuk menumbuhkan kesadaran ke tahap ini tentu masalah ekonomi harus dijawab.
Di sinilah tantangan pemerintah untuk menginkubasi usaha baru sebagai sumber ekonomi masyarakat. Karena menghentikan PETI tanpa ada sumber ekonomi buat masyarakat, hanya akan menimbulkan konflik. Peta jalan seperti inilah yang harus didudukan bersama, bukan hanya dari segi ekonomi tapi semua aspek.
Jika langkah ini tidak dilakukan maka selamanya kita akan terjebak pada baju seremonial tanpa makna dan kerja nyata. Mari selamatkan Sungai Batanghari, Menyelamatkan Kehidupan orang Jambi. Salam lestari. (***)
Discussion about this post