Jambiday.com, JAMBI– Yos Amrullah, pelatih atlit PPLP Cabor Dayung Jambi, angkat bicara mengenai permintaan mundur dirinya. Menurut Yos, dirinya dizolimi oleh oknum.
“Tidak benar saya jarang melatih, semua disesuaikan dengan metode pembelajaran. Mereka masih belia, anak-anak, jadi tidak bisa dipaksakan. Karena tulang mereka masih lemah, harus sesuai porsinya, kadang seharu dua kali. Kadang tiga kali, kadang off sehari,” ujar Yos, via panggilan seluler, Jumat (18/06/2021).
Soal dituding tidak memahami tehnik dayung, dibantah oleh Yos. Dirinya yang notabene mantan atlit dayung, tentu paham soal tehnik.
“Saya ini mantan atlit, masak tidak tahu tehnik. Dan kalau soal kurang evaluasi, itu juga tidak benar. Saya rutin lakukan evaluasi bersama dengan asisten pelatih dan orang dinas. Di hadapan mereka saya evaluasi,” tambah Yos.
Yos mengakui menjadi asisten pelatih sejak tahun 2013 silam. Di mana saat menjadi asisten, dirinya yang banyak melakukan kegiatan pembinaan. Sehingga saat pelatih inti meninggal dunia, dirinya diminta menggantikan langsung.
” Saya ini diminta jadi pelatih, karena memiliki kemampuan. Bukan karena faktor kedekatan semata, dengan Ketua PODSI. Memang jabatan saya Sekjen di organisasi, tapi kompetensi saya ada. Saya merasa dizolimi sekarang ini. Semua menuding saya salah, tanpa mereka instrospeksi diri kesalahan mereka. Adik-adik atlit saya yakin dipolitisir, makanya mengambil sikap seperti ini,” tegas Yos lagi.
Yos berkisah bagaimana metode dia melatih yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Di mana jika hari hujan, maka mereka tidak latihan di outdoor melainkan dialihkan indoor. Dan pagi-pagi dirinya telah mendatangj asrama atlit PPLP di stadion mini untuk melakukan pemanasan fisik seperti berlari.
Dirinya sebagai pelatih, diakui memiliki keterbatasan untuk mengawasi anak-anak di asrama. Dan tentu saja memerlukan kerja sama dengan pengawas asrama.
“Atlit itu, pernah ketahuan merokok dan minum. Saya tahu itu, dan segera kita carikan solusi dan diatasi. Apakah itu juga bagian dari tanggung jawab saya. Itukan di asrama, berarti pengawas asrama yang berperan. Begitu juga dengan keluhan sakit, di asrama juga tentu saja pengawas asrama yang harus membawa. Saya ini gantian kerjanya, bukan sendirian. Ada tim pengawas dari dinas, dan asisten pelatih juga,” tambahnya.
Pada kesempatan itu Yos mengakui memang pernah meninggalkan tanggung jawab kerja menjadi pelatih selama satu bulan, yaitu pada Bulan Ramadhan kemarin. Di mana dirinya yang memilki anak dan istri tentu membutuhkan biaya untuk hidup dan menghadapi hari raya Idul Fitri. Sementara honor dia sebesar Rp 3,8 juta tidak kunjung turun.
“Honor tidak cair, bahkan sampai sekarang ini. Tahu-tahu keluar SK pemecatan. Saya memang ada satu bulan tidak melatih, saya akui. Saya bekerja, karena saat itu bulan puasa dan jelang lebaran. Saya punya anak dan istri yang harus dihidupi, tapi anak- anak tetap berlatih dengan asisten. Dan itu semua tetap saya pantau,” pungkas Yos. (OYI)
Discussion about this post