Oleh: Tuti Rosmalina, Peduli Serumpun Jambi
SEHARI menjelang idul fitri
1444 H. Jagat perpolitikan ternganga dengan di umumkannya kandidat calon presiden dari partai petahana yang sekaligus satu satunya memegang tiket tunggal yang mampu berjuang sendiri mengusung kandidat Capres nya.
Ya nama Ganjar Pranowo yang elektabilitas dan kepopuleran nya siapa yang tidak tahu. Dipilih oleh ketua partainya langsung. Dengan menyerahkan peci hitam sebagai simbol egaliter penerus tahta kompetisi ke presidenan.
Seolah ibu ketua ingin mengatakan bahwa, jangan khawatir partai ku Nasionalis, walau harapan bisa menaikan anak kandung. Namun jika konstituen menginginkan lain maka jalur itu yang akan di pilih.
Dengan manuver politik partai berlambang banteng itu. Haluan dan koalisi-koalisi mulai berdebar. Para partai yang sudah mendeklarasikan calonnya, mulai pegang pegang jantung dan pulpen untuk membuat skema baru.
Sowan-sowan politik secara masif terus dilakukan. Walaupun partai politik pengusung sudah membentuk kualisi kualisi, sehingga tidak menutup kemungkinan koalisi yang terbentuk jauh hari kemarin dapat berubah.
Sejauh pengamatan dan pandangan penulis. Belum ada dari nama nama calon presiden tersebut mengusung nama kandidat perempuan sebagai calonnya, harapan penulis kemarin sebagai satu satunya perempuan pewaris partai maka ketua partai akan mengusung ibu Puan Maharani.
Nyatanya elaktabilitas dan popularitas masih menjadi patokan partai besar ini dalam menentukan calonnya.
Harapan kini bertuju pada kandidat calon wakil presidennya, mungkin kah partai besar itu akan mengusung ibu Puan sebagai wakil, atau ada nama kandidat perempuan potensial lain yang akan meramaikan perhelatan politik pemilihan presiden di 2024 nanti.
Namun tidak dapat di sangka skema politik PDI Perjuangan mengubah pola pola kemungkinan partai politik dalam pengusungan calon presiden dan wakil presiden.
Penutup
Pada akhirnya penulis yang notabene adalah pemerhati perempuan dan politik perempuan berharap, partai politik masih bersedia melirik lirik perempuan potensial seperti, ibu Khofifah Gubernur Jawa Timur yang notabene adalah perempuan NU, ibu Puan Maharani Ketua DPR RI, ibu Sri Mulyani Menteri keuangan RI dan yang popularitasnya tidak kalah menarik simpatik dalam bidang bidang sosial yakni Ibu Tri rismaharini yang merupakan menteri sosial sekaligus pernah sebagai wali kota Surabaya.
Semoga perempuan perempuan ini mampu membantu mendulang suara bagi kandidat presidennya, yang bukan berarti menjadikan perempuan sebagai sub ordinat. Namun mendorong keterwakilan perempuan, dalam pengambilan keputusan di tingkat tertinggi secara nasional dan internasional. (***)
Discussion about this post