Oleh: Bahren Nurdin (Mahasiswa Western Sydney University, Australia)
KABAR gembira bagi anak-anak muda Provinsi Jambi bahwa saat ini pemerintah Provinsi Jambi telah menyediakan beasiswa Dumisake. Kuota yang disediakan untuk mahasiswa S1 kurang mampu sebanyak 210, S1 berprestasi sebanyak 90, total 300 orang.
Untuk jenjang doktoral (S3), kuota yang disediakan sebanyak 70 untuk studi di dalam negeri, serta 10 untuk mahasiswa yang kuliah di luar negeri, total 80 orang.
Merujuk Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Nomor 14/kep.sekda/setda.kesra 3.3/2023 tentang petunjuk teknis program beasiswa strata satu (S1) dan strata tiga (S3) Pemerintah Provinsi Jambi tahun 2023, bahwa jenjang S1 mendapat Rp.15 juta dan S3 dalam dan luar negeri Rp.40 juta.
Masyarakat Provinsi Jambi perlu mengapresiasi niat baik Pemrov ini dan harus dimanfaatkan dengan maksimal. Kepada anak-anak muda Jambi, saatnya berkompetisi untuk merebut kesempatan mantap ini.
Kepada penyelenggara atau tim seleksi tentunya masyarakat Jambi juga berharap agar proses seleksi dilakukan dengan transparan dan tepat sasaran. Saya selalu ingatkan, jika anda coba-coba bermain ‘kotor’ dalam proses seleksi ini, di akhirat kelak akan anda pertanggungjawabka. Biarakanlah mereka yang berhak mendapatkannya.
Beasiswa Dumisake yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Jambi untuk program S3 di luar negeri sepertinya menawarkan peluang yang menarik pula bagi para akademisi dan peneliti yang ingin mengembangkan diri di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Namun, sayangnya, program ini mengalami kekurangan peminat yang cukup signifikan. Mengapa hal ini terjadi? Agaknya ada beberapa alasan mendasar diantaranya:
Pertama, besaran beasiswa yang disediakan terlalu kecil untuk ukuran studi di luar negeri. Ambil contoh studi S3 di Australia. Besaran beasiswa yang ditawarkan Rp 40 juta terlihat cukup besar, namun, ketika dikonversi ke mata uang dollar Australia dengan kurs Rp 10.000/$1 AUD, jumlah tersebut menjadi setara dengan $4000 AUD. Cukupkah?
Biaya hidup dan studi di luar negeri, terutama di negara-negara maju, seperti Australia, umumnya lebih tinggi daripada di Indonesia. Beasiswa tersebut mungkin tidak mencukupi untuk mencover biaya kuliah, akomodasi, makan, dan biaya hidup lainnya.
Lihat contoh hitungannya, untuk SPP saja di kampus saya $7100AUD/ term (3 bulan), setara dengan Rp. 71jt. Sewa rumah $350 AUD per minggu, setara dengan Rp.3.500.000/minggu. Belum lagi biaya asuransi, transportasi, makan minum sehari-hari dan lain-lain. Jika yang diberikan Rp.40jt itu artinya untuk sekali bayar SPP saja tidak mencukupi. Intinya, biaya yang diberikan oleh pemprov Jambi masih terlalu kecil untuk kuliah di Luar Negeri.
Kedua, salah satu persyaratannya adalah tidak menerima beasiswa dari pihak lain. Mengingat besaran beasiswa yang disediakan tidak mencukupi, tidak mungkin tanpa menerima beasiswa lain. Maka mereka memilih untuk tidak memperebutkan beasiswa ini.
Atau, di sisi lain, semua mahasiswa yang saat ini sedang kuliah di luar negeri dapat dipastikan sudah menerima beasiswa lain baik beasiswa nasional maupun beasiswa yang disediakan oleh kampus-kampus luar negeri.
Maka dari itu, untuk menanggapi hal ini, Pemprov harus mencari solusi yang tepat. Melalui artikel singkat ini, saya menyampaikan beberapa hal berikut yang mungkin bisa dipertimbangkan sebagai jalan keluarnya.
Pertama, meninjau besaran beasiswa. Pemerintah Provinsi Jambi perlu melakukan tinjauan terhadap besaran beasiswa yang ditawarkan untuk studi di luar negeri. Studi di luar negeri memerlukan biaya yang cukup besar, termasuk biaya kuliah, asuransi, akomodasi, dan hidup. Menyesuaikan besaran beasiswa agar lebih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di luar negeri akan membuat program ini lebih menarik dan diminati oleh calon penerima.
Kedua, membuka kemungkinan menerima beasiswa lain. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk mengizinkan penerima beasiswa Dumisake untuk mencari tambahan beasiswa dari pihak lain. Dengan mengizinkan menerima bantuan dari sumber lain, mahasiswa akan lebih mudah untuk mencari cara untuk membiayai kebutuhan selama studi di luar negeri, dan hal ini dapat meningkatkan minat pendaftar.
Ketiga, mengubah skema beasiswa menjadi dana hibah atau berupa penyediaan bantuan studi seperti biaya buku, bantuan penelitian, dan lain sebagainya. Dengan cara ini, mahasiswa akan merasa lebih didukung dalam studi dan penelitian mereka di luar negeri.
Dengan menerapkan beberapa perubahan dalam program beasiswa Dumisake untuk studi S3 di luar negeri, diharapkan minat pendaftar akan meningkat dan lebih banyak mahasiswa dari Provinsi Jambi akan berkesempatan untuk mengembangkan diri di tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan membawa manfaat bagi pembangunan daerah dan negara.
Akhirnya, penyediaan beasiswa ini tentu harus dilihat sebagai langakah penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Jambi. Maka, segala skema dan manajemennya harus dilakukan dengan baik dan bijkasana. Perbaikan, peningkatan dan penyesuaian perlu dilakukan oleh para penyelenggara agar benar-benar terselenggara secara professional. Semoga. (***)
Discussion about this post