Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Peneliti LKPR)
REVPOL – Hari ini oligarki makin menampakan ketamakannya, setelah puas menimbun kekayaan atas monopoli mereka akan pengadaan barang dan jasa. Ada dugaan, mereka kini melirik sumber kekuasaan, apa itu ? Tentunya kursi kepala daerah termasuk di pemilihan Walikota Jambi 2024 nanti.
Bagi kaum oligarki, kekuasaan walikota adalah uang besar. Ketika ada peluang uang besar, disana ada margin untuk mengkapitasi semuanya, bukan hanya sebatas proyek barang dan jasa, tapi perizinan, investasi, jabatan birokrasi dan kekuasaan untuk memperoleh marwah kehidupan pribadi mereka secara mutlak.
Awalnya, ancaman oligarki dalam Pilkada, telah membuat pasangan pemimpin daerah yang terpilih akan menjadi tangan kanan kelompok elite politik untuk mengambil sebuah keuntungan. Hal tersebut akan mencederai hak asasi manusia warga negara dan berdampak pada terabaikannya hak-hak dasar yang semestinya diperoleh oleh masyarakat. Sebagai contoh, buruknya transportasi publik, banjir, kemiskinan, pelayanan kesehatan, tidak meratanya akses pendidikan, banyaknya konflik retribusi merupakan cermin pelayanan publik cukup suram.
Dulu kaum elite politik hanya berlomba-lomba mengucurkan dananya untuk mendanai pasangan potensial yang memiliki kesempatan besar untuk memimpin sebuah daerah. Tujuannya tak lain adalah untuk memperkuat serta menyelamatkan posisi politik mereka untuk menambah pundi-pundi kekayaan. Bahayanya kini mereka justru tertarik menjadi pemain, dengan motivasi yang gampang dibaca, semudah membaca buka yang terbuka.
Berdasarkan analisis terhadap knowledge, skill, trait, socil role, self image dan motivate terhadap kepala daerah memiliki ketertautan antar dimensi yang menjadi prasyarat mutlak yang harus dimiliki seorang kepala daerah dalam menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan, pelaksanaan pembangunan, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, dengan tingkat dinamika yang tinggi dalam kehidupan masyarakat.
Motivasi para oligarki untuk menguasai sumber – sumber ekonomi melalui kekuasaan hal yang berbahaya. Kenapa ? Karena Motivasi kepala daerah merupakan pengejawantahan integritas kepribadian yang menyadari pentingnya pengabdian, pelayanan dan prestasi kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan demikian, motivasi yang meliputi motivasi mengabdi, motivasi melayani dan motivasi berprestasi menjadi salah satu dimensi kompetensi kepala daerah yang berhasil dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Artinya, motivasi kepala daerah menjadi salah satu faktor penentu efektivitas kepemimpinan kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Semangkin jauh dari kepentingan masyarakat motivasinya, makin tidak efektip kepemimpinannya. Dana besar terkucur, yang miskin tetaplah miskin, biaya hidup di kota makin mahal dengan pajak dan retribusi yang tinggi, ketimpangan terjadi.
Karena itu, peningkatan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat ditingkatkan dengan meningkatkan motivasi kepala daerah yang meliputi motivasi mengabdi, motivasi melayani dan motivasi berprestasi. Bisa kita bayangkan jika kaum oligarki berkuasa.
Kalau kita mau sadar, dalam pilwako nanti, pertarungan terbuka antara kelompok establish (status quo) dengan pengusung komitmen reformasi berlangsung terus. Tinggal menghitung hari hadirnya kekuatan perubahan. Yang oleh sirkulasi alam kehadirannya diniscayakan sebagai penanda dinamika pasang surut dunia perpolitikan dari masa ke masa. Pendorongnya ketika mengerasnya nafsu kekuasaan melanggengkan diri dengan segala cara. Membuat bias antara tindakan dan kebutuhan.
Akhirnya, jangan kita jadi si miskin yang menjadi dayang saat oligarki akan mengurangi hak mereka untuk mengakses ekonomi. (***)
Discussion about this post