Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Pengamat Perbankan)
BANK Jambi sebagaimana Bank Pembangunan Daerah (BPD) lain di Indonesia memiliki peran strategis sebagai mitra pemerintah sekaligus motor percepatan pembangunan daerah. Peran ini tidak hanya menjadi tuntutan masyarakat, tapi juga sudah kodrat lahir sebagai Bank milik pemerintah daerah.
Bank daerah memiliki peran penting dan strategis di dalam menopang pembangunan ekonomi regional. Sebagai lembaga jasa keuangan, salah satu peran nyata bank yaitu dalam menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan modal usaha melalui usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah. Dengan disalurkannya dana untuk sektor riil di masyarakat tersebut, maka secara tidak langsung bank berperan menggerakkan roda perekonomian bagi masyarakat.
Pemerintah baik pusat dan daerah sudah lama mendorong Strategic Positioning Bank Jambi Sebagai Bank of Regional Champion dengan memanfaatkan faktor kedekatan dan pemahaman kultural, serta sosiologis kedaerahan dengan nasabahnya untuk menjadikan comparative advantage yang nantinya ditranslasikan menjadi juara di regional.
Dalam perkembangnnya, Bank Jambi mengalami persaingan yang semakin ketat, keadaan ini, tidak hanya terjadi antara perbankan konvensional dan syariah saja, tetapi juga dengan Fintech. Dengan demikian, tantangannya menjadi lebih berat lagi, terutama untuk menjaga kepercayaan dari masyarakat. Untuk itu, Bank Jambi perlu terus meningkatkan kinerja, agar kredibilitasnya menjadi baik, namun juga memperhatikan risiko yang dihadapi.
Secara kinerja Bank Jambi sangat sehat. Banyak tolak ukur keberhasilan dari kinerja yang menunjukkan ini, baik rasio keuangan berupa capital, asset quality, management, earning, liquidity, dan sensitivity to market risk (CAMELS), profitabilitas, termasuk rasio ROA (Return on Asset) semuanya amat kinclong. Kita bangga akan kinerja Bank Jambi di bawah pimpinan bang El Hacon selaku Direktur Utama.
Dalam era globalisasi, keterkaitan ekonomi antar negara semakin pesat, sehingga akan berdampak pada rentannya terhadap gejolak makro ekonomi, yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja Perbankan, termasuk Bank Jambi.
Faktor makro ekonomi dan fundamental perusahaan memiliki peran yang besar terhadap kinerja perbankan. Adapun dampak dari ekonomi makro akan memberikan gejolak terhadap fluktuasi pembiayaan bagi masyarakat dan perbankan, sedangkan ekonomi mikro berupa adanya perubahan kemampuan dan kualitas dari aktivitas pembiayaan, dalam mengelola perbankan. Untuk itu, pengaruh makro ekonomi perlu dicermati terhadap fundamental perusahaan, pada kinerja perbankan.
Secara makro Provinsi Jambi mempunyai karakteristik yang relatip sama dengan daerah lainnya di Sumatera bahkan Indonesia. Hanya saja tingkat kedalaman permasalahan yang berbeda, level masalah yang menjadi lingkungan eksternal Bank Jambi dalam meningkatkan perannya sebagai motor penggerak ekonomi.
Tantangannya Bank Jambi harus sudah menghitung secara serius potensi ekonomi lokal yang dapat menjadi comparative advantage untuk dikolaborasikan dengan strategi bisnis dan program perbankan, mengarah pada UMKM dan perdesaan.
Hal ini harus dilakukan jika Bank Jambi ingin meningkatkan peran sebagai motor percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kondisi yang menjadi tantangan Bank Jambi ini bisa tergambar dari indikator makro Provinsi Jambi, sebagai peta navigasi dalam menjalankan bisnis perbankan.
Pada tahun 2021 lalu, Struktur PDRB Provinsi Jambi berdasar harga berlaku tidak menunjukkan perubahan berarti, masih didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 32,58%, diikuti oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,11%, Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,15%, dan Industri Pengolahan sebesar 10,57%. Peranan ke empat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Provinsi Jambi mencapai 70,41%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 5,91% (yoy), tumbuh terakselerasi dibandingkan triwulan II 2021 yang tercatat mengalami pertumbuhan 5,39% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 2,73% (qtq).
Pada sisi 17 Lapangan Usaha (LU) pada sisi produksi, 13 LU tercatat mengalami pertumbuhan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 19,68% (yoy), didorong oleh program kebijakan pemerintah dalam penanganan COVID-19. Sementara, kontraksi terdalam terjadi pada sektor administrasi pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib yang terkontraksi 16,78% (yoy).
Lalu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jambi yang tumbuh dari 71,26% (2019) menjadi 71,29% (2020) dan meningkat menjadi 71, 63% (2021). Tidak hanya itu, tingkat ketimpangan kesejahteraan yang diukur dengan gini ratio juga mengalami peningkatan dari 0,324% (2019) menjadi 0,316 (2020). Sedangkan pada September 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Jambi yang diukur dengan Gini Ratio tercatat sebesar 0,315.
Kesejahteraan para petani juga meningkat yang tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tumbuh dari 100,85 (2019) menjadi 117,83 (2020). Sedangkan data terbaru pada Januari 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi naik 0,22 persen dibandingkan NTP Desember 2021, yaitu dari 138,79 menjadi 139,10.
Meskipun begitu dampak dari pandemi COVID-19 juga masih terasa. Hal ini terlihat dari meningkatnya tingkat kemiskinan dari 7,58% (2019) menjadi 7,97% (2020). Peningkatan ini salah satunya disebabkan karena banyaknya masyarakat tidak lagi memiliki penghasilan karena di PHK oleh kantor atau pengusaha tempat mereka bekerja karena tidak mampu membayar gajinya. Hal ini sejalan pula dengan peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang meningkat dari 4,06% (2019) menjadi 5,13% (2020) dan 5,09% (2021).
Selain tantangan Makro di atas, masih terdapat beberapa permasalahan yang dialami Bank Jambi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu peningkatan daya saing, keterbatasan modal, implementasi visi dan inovasi, struktur dan kultur organisasi, komitmen Pemda serta sumber daya.
Untuk menghadapi tantangan ke depan, Bank Jambi harus lebih baik lagi, menyiapkan diri menghadapi persaingan yang semakin berat. Sebab, seiring peningkatan pendapatan masyarakat, kemajuan informasi teknologi serta perkembangan demografi, BPD memerlukan inovasi layanan perbankan sesuai dengan kebutuhan terkini masyarakat. Sehingga Bank Jambi bisa terus maju mengukuhkan identitasnya sebagai PT. Bank Jambi, Perseroda, kelak. (***)
Discussion about this post