Jambiday.com, JAMBI-Upaya pemerintah dalam menanggulangi stunting dan malnutrisi kini semakin menjangkau kelompok paling rentan di Indonesia. Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan akan membangun dapur khusus Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi.
Langkah ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah untuk memastikan tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam pemenuhan gizi nasional, termasuk komunitas adat terpencil yang selama ini sulit dijangkau.
“Kita akan salurkan makanan bergizi gratis bagi Orang Rimba atau SAD,” ujar Tenaga Ahli Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Alfariza, saat kegiatan sosialisasi MBG di Hotel Aston Jambi, Selasa (21/10/2025).
Ia menjelaskan, dalam waktu dekat BGN akan mendirikan dapur di sekitar wilayah tempat tinggal komunitas Orang Rimba agar penyaluran makanan bergizi dapat dilakukan secara langsung, efektif, dan berkelanjutan.
“Dapur akan kami bangun dekat wilayah mereka tinggal, agar mudah dijangkau dan tidak menimbulkan hambatan distribusi. Dengan sasaran masyarakat adat, MBG harus dapat diakses oleh seluruh kalangan tanpa diskriminasi,” tegasnya.
Menurut Alfariza, Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian khusus terhadap keberlanjutan Program Makan Bergizi Gratis dan menegaskan bahwa seluruh penerima manfaat di tahun 2025 harus benar-benar terlayani secara merata.
“Presiden sangat konsisten terhadap MBG. Beliau menekankan agar semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok adat terpencil seperti Orang Rimba, mendapatkan manfaat dari program ini,” katanya.
Sementara itu, Sukma Reni, Manager Komunikasi KPHP Warsi, menilai program MBG sangat relevan dengan kondisi gizi masyarakat adat di Jambi, terutama anak-anak Orang Rimba yang rentan terhadap malnutrisi dan kelaparan musiman.
“Program MBG ini menjadi solusi nyata bagi anak-anak Orang Rimba yang selama ini kesulitan mendapatkan asupan gizi seimbang. Semakin cepat diterapkan, semakin cepat pula kita bisa mengatasi persoalan kelaparan di komunitas mereka,” ujarnya.
Namun, Sukma menegaskan bahwa pemerintah perlu sangat berhati-hati dalam melaksanakan program MBG di komunitas adat. Ia menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah, bukan hanya berbasis sekolah, agar distribusi pangan menjangkau seluruh komunitas Orang Rimba yang tersebar di berbagai kawasan hutan.
“Kalau program hanya berbasis sekolah, maka hanya sebagian kecil Orang Rimba yang bisa terlayani. Harus ada pemetaan jalur distribusi yang akurat dan mempertimbangkan akses menuju tempat tinggal mereka di dalam hutan,” jelasnya.
Selain distribusi, Sukma juga menyoroti tantangan dalam menyesuaikan menu MBG dengan adat dan pola konsumsi Orang Rimba.
“Program MBG memandang ayam, sapi, dan telur itu sehat. Tapi ada komunitas Orang Rimba yang tidak bisa mengonsumsinya karena aturan adat mereka, seperti beayam kuau bekambing kijang. Jadi, menu harus disesuaikan agar tidak menyalahi nilai adat,” kata Reni.
Meski tantangan cukup besar, Reni optimistis bahwa dengan kolaborasi lintas pihak dan pelibatan langsung komunitas Orang Rimba, pelaksanaan MBG dapat berjalan dengan baik di lapangan.
“Kalau masa remayo atau musim paceklik datang, banyak Orang Rimba yang kelaparan. Maka program ini benar-benar menjadi penyelamat. Harapannya, MBG tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk ibu hamil dan menyusui, agar intervensi gizi bisa dimulai sejak dini,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberhasilan program MBG di komunitas adat akan sangat bergantung pada kemitraan antara pemerintah, organisasi lokal, dan komunitas penerima manfaat itu sendiri.
“Saya optimistis, dengan keterlibatan banyak pihak dan partisipasi langsung dari Orang Rimba, dapur MBG nanti bisa menghasilkan makanan yang bergizi, aman, dan diterima secara budaya,” pungkasnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah pusat menjadi langkah strategis dalam menurunkan angka stunting nasional, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa negara hadir hingga ke pelosok dan komunitas adat terpencil.
Dengan dukungan Badan Gizi Nasional dan partisipasi masyarakat lokal, Jambi kini bersiap menjadi salah satu daerah percontohan dalam implementasi MBG berbasis kearifan lokal. (OYI)
Discussion about this post