Penulis: Tuti Rosmalina, SH. I, MH.I ( Aktivis Perempuan)
SATU Minggu terakhir bahkan 1 bulan terakhir. Provinsi Jambi melalui Organisasi perangkat daerah atau OPD terus terusan melakukan kegiatan Ceremonial yang lumayan menyita perhatian. Dari Candi Muaro Jambi, parade bubur ayak yang memecahkan rekor MURI sampai dengan pagelaran parade hari batik yang melibatkan seluruh OPD di Provinsi Jambi.
Tidak dapat di nyana, langkah terkenalnya provinsi ini. Dari segi branding parade sampai dengan tingkat inflasi yang tidak kalah ngeri menjadi tranding pemberitaaan media TV dan media online lain.
Provinsi jambi melalui badan pusat statistik mencatat tingkat inflasi di provinsi ini sekitar 8,55 persen tertinggi di Indonesia. Hal ini apakah berkaitan dengan daya beli masyarakat yang rendah di karena ketidak berdayaan ekonomi, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat atau kelangkaan pasokan pangan yang terjadi.
Langkah anehnya dengan tingkat inflasi yang tinggi dinas-dinas dan gubernur di provinsi ini malah menyibukkan kan diri dengan parade ke parade dan rekor MURI. Sepakat jika upaya ini di anggap paling relevan untuk meningkatkan branding atau keterkenalan sebuah provinsi. Yang jadi pertanyaan apakah inflasi dapat di atasi dengan branding dan parade.??
Masyarakat sebenarnya menanti janji-janji politik dari pasangan H. Al Haris dan bapak Abdullah Sani. Sejauh mana kebijakan publik dan politik dapat meningkatkan pendapatan warga.
Dan mampu memberikan jaminan kesejahteraan sosial bagi masyarakatnya.
Jika terus di biarkan dengan agenda agenda Ceremonial belaka. Maka indeks inflasi dan kenaikan angka kemiskinan provinsi ini akan semakin cepat. Masyarakat sulit mendapatkan akses pekerjaan.
Sumber pangan pokok semakin langka. Dan jika pun ada untuk memperolehnya teramat mahal. Mafia pangan terus bertumbuh dengan semakin langkanya komoditas pangan di dapat. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari kepala pemerintahan provinsi ini.
Di tambah lagi 1 tahun kepemimpinan Gubernur dan wakil gubernur sudah berjalan. Program program dan janji politik belum begitu tampak di realisasikan. Dari Dumisake dan janji-janji pengentasan kemiskinan lainnya. Bahkan hampir sulit kita memisahkan mana program pengentasan kemiskinan dari pusat dan mana program pengentasan kemiskinan daerah. Karena semua hampir tersamarkan di tengah-tengah masyarakat.
Pertanyaan besarnya. Apakah inflasi dapat di tekan cukup dengan parade dan pagelaran ?? Bagaimana jika acara-acara demikian tetap tidak mampu mengundang datangnya investor atau penanam modal untuk datang ke Provinsi Jambi tercinta. Atau kegiatan yang demikian dikemas hanya untuk menutupi ketidak mampuan menterjemahkan visi dan misi melalui program kerja.
Masyarakat provinsi ini menunggu program nyata yang mampu mendatangkan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Mampu memberikan akses dan jaminan hidup layak. Bukan sekedar acara ceremoni yang tujuan akhirnya belum terbaca dengn baik.
Jangan sampai provinsi ini bukan hanya inflasi yang tinggi namun segera akan di ikuti dengan peningkatan jumlah angka kemiskinan, masyarakat lapar dan akhirnya angka kejahatan juga akan meningkat.
Sebagai penutup dari tulisan saya ini, saya bukan tidak sependapat dengan parade dan acara Ceremonial lain yang di lakukan oleh gubernur beserta OPD Provinsi Jambi. Namun alangkah eloknya jika pemerintahan kali ini berfokus pada penuruan tingkat inflasi.
Memastikan barang pangan tidak langka. Memberi akses dan kesempatan memperoleh pekerjaan pada masyarakat. Dan sama sama menekan bertumbuhnya tingkat kemiskinan dan kejahatan di provinsi ini. Tidak dapat di pungkiri jika pangan sulit didapat maka kemiskinan dan kejahatan akan segera meningkat. (***)
Discussion about this post