Jambiday.com, JAMBI– Pengamat Ekonomi Jambi Dr. Noviardi mengatakan pemerintah provinsi, kabupaten, kota di Jambi perlu mengantisipasi risiko inflasi tinggi tahun ini. Sebab, inflasi tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat yang selama ini menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Dalam hal ini Noviardi memperingatkan Gubernur dan jajarannya perlu mewaspadai risiko percepatan laju inflasi yang naik terlalu tinggi dan turun begitu cepat naik juga cepat atau bergerak liar. Kondisi ini menurutnya akan menimbulkan ketidakpastian.
” Inflasi Jambi ini saya nilai sudah bergerak liar, mirip roller coaster. Minggu lalu harga cabe naik, kini turun, seolah tak berpola, menjadi alarm bahaya bagi perekonomian Jambi. Tak ada yang pasti sekalipun bagi pengusaha rumah makan, karena cabe yang naik turun,” ungkapnya.
Ketika ditanya dampak inflasi, pengamat yang dikenal kritis ini mengatakan akan memangkas daya beli masyarakat miskin dan menahan pemulihan ekonomi.
Karena itu, ia menyatakan pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk menjaga inflasi agar tetap stabil. Upaya tersebut menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), gas, dan tarif listrik subsidi.
Noviardi juga menyatakan kenaikan laju inflasi pada Juli – Oktober 2022 tidak berada dalam batas wajar karena akumulasi dari berbagai faktor. Baik karena kenaikan harga komoditas dan pulihnya permintaan masyarakat, termasuk faktor lokal karena inefisiensi angkutan batu bara.
Menurutnya, kenaikan inflasi yang terjadi pada kisaran 4-5 persen perlu diantisipasi karena kenaikan ini tidak seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di masyarakat.
Selanjutnya Noviardi menambahkan Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun. Sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.
Keempat, pentingnya kestabilan harga kaitannya dengan SSK (referensi). (RED)
Discussion about this post