Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Pengamat)
DALAM ekonomi kapitalis, keadilan diartikan ketika seorang buruh bekerja pada tuan, atas hasil kerjanya, sang buruh mendapat upah. Di lain pihak, makin banyak pabrik berdiri makin banyak tenaga kerja terserap, negara memperoleh pajak dan rakyat sejahtera.
Apa betul ? Tentu saja tidak, ini hanya logika kapitalis yang sempit dan ingin menang sendiri. Betul, tak mungkin dalam ekonomi berlaku konsep sama rata, sama rasa, namun, yang kita ingin ada keadilan dan pemerataan. Bukan, ekonomi pasar ala kapitalis yang membuat jurang kemiskinan dan ketimpangan, jauh dari sila ke lima pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kapitalisme merupakan orde pergaulan hidup yang hadir dari sistem produksi, memisahkan pegawai rendahan dan alat-alat produksi. Dengan demikian, kapitalisme lebih mengemuka dari cara-cara produksi dan menjadi penyebab nilai lebih, karena tidak jatuh ke tangan kaum buruh, melainkan jatuh ke tangan kaum majikan.
Materialisme timbul akibat kapitalisme, praktek ini mengabaikan moral ekonomi. Kapitalisme menanamkan bibit-bibit materialis, konsumerisme bahkan imperialisme. Kapitalis memungkinkan para tuan mengkonsumsi apa saja meski dalam jumlah tak wajar, kapitalis akan melahirkan penjajahan ekonomi. Bentuknya berupa kekuasaan korporat, dan blok geopolitik, intinya stigma buruk kapitalisme melahirkan ketimpangan kesejahteraan.
Hal ini dimungkinkan karena kapitalisme menyebabkan akumulasi modal, konsentrasi modal dan sentralisasi modal. Tidak terbantahkan bahwa kapitalisme merupakan sebuah sistem ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi secara individual.
Para buruh dan tani yang berperang melawan kapitalis dibawah pimpinan Lenin dan Trotsky pada 7 November 1917. Revolusi yang dikenal dengan Revolusi Bolshevik atau Oktober ini menjadi tanda lahirnya negara sosialis pertama Soviet Union. Hebatnya, revolusi ini sempat mengguncang tatanan kapitalis dan sistem feodalisme saat itu.
Saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme yang mendominasi peradaban dunia. Berakhirnya Perang Dingin menyusul ambruknya komunisme-sosialisme Uni Soviet beserta negara-negara satelitnya sering diinterpretasikan sebagai kemenangan kapitalisme. Hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas.
Mengapa sistem ekonomi kapitalisme harus dilawan ? Mengapa tidak kita manfaatkan saja ? Kapitalis kan menyumbang pajak buat negara dan tentu menambah pendapatan negara. Apa yang salah dari kapitalisme ?
Dalam sistem ekonomi kapitalisme, setiap individu memiliki kebebasan penuh untuk akumulasi modal. Persaingan atau kompetisi adalah kewajaran dan pasar menjadi arena pembuktian kekuatan. Kapitalis sebisa mungkin harus mengusahakan agar hasil produksinya laku dipasaran. Oleh karena itu setiap kapitalis harus selalu mengembangkan alat produksinya untuk menjamin mutu hasil produksi.
Kapitalisme yang pernah dianggap Adam Smith dkk, akan membawa masyarakat ke pintu kesejahteraan dan kemerdekaan sejati malah membawa masyarakat ke jurang penderitaan.
Logika kapitalis untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya menjadi malapetaka bagi buruhnya. Semakin kecil upah buruh maka semakin bertambahlah untung kapitalis, sedangkan semakin besar upah buruh maka semakin berkuranglah untung kapitalis. Sudah tentu para kapitalis akan memilih untung yang besar. Apalagi jika keadaan memaksa alat produksi harus dikembangkan, akan diperlukan biaya yang besar. Untuk itu, kapitalis mesti memangkas upah buruh demi mendapatkan dana.
Dalam bahasa gerakan masalah sistem kapitalisme, yaitu penghisapan kapitalis terhadap kaum buruh. Sistem yang hanya berpihak kepada pemilik alat produksi.
Ketika alat produksi diperbaharui, maka alat produksi semakin maju dan tidak lagi membutuhkan jumlah buruh yang besar. Dalam situasi ini, jumlah buruh akan dipangkas (PHK) yang kemudian menjadi pengangguran. Kemudian naiknya jumlah pengangguran menambah kesulitan persaingan untuk mencari lapangan pekerjaan.
Kita tidak anti pada persaingan, namun kita ingin persaingan yang adil, bukan persaingan kapitalis yang melahirkan watak individual, membuat bangsa kita semakin terpecah. Kebersamaan dan gotong royong yang merupakan budaya luhur bangsa akan terus terkikis hingga mendekat ke ambang kehancuran. Untuk itu cara pandang keadilan kapitalis harus kita rubah, sebelum terlambat, akumulasi ketidakadilan, ketidakpuasan melahirkan Revolusi. (***)
Discussion about this post