Jambiday.com, JAMBI– Pengamat Sosial Ekonomi Dr. Noviardi Ferzi menilai Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi tak berkualitas, terdapat sejumlah kejanggalan dalam ekonomi Jambi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak membuat dampak signifikan terhadap kesejahteran masyarakat.
Hal ini menurutnya menjadi pertanda, ada yang bermasalah, kita (Jambi) tidak dalam kondisi baik-baik saja, karena ternyata pertumbuhan ekonomi kita tidak berkualitas.
” Jika melihat stagnasi kemiskinan, pengangguran dibandingkan rasio pertumbuhan ekonomi, APBD dan investasi, Jambi mengalami stagflasi ekonomi, pertumbuhan ekonomi kita tak berefek optimal bagi indikator kesejahteraan warga, ” ungkapnya di Jambi, Rabu (3/1).
Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Provinsi yang stagnan bahkan menurun di angka 5% dalam setengah dekade terakhir. Sebagai contoh tahun 2022 mencapai 5,13 persen, tahun 2023 pertumbuhan ekonomi malah turun dikisaran 4,8 %.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi 2023 disebabkan lesu nya dua sektor utama perekonomian Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian dan pertambangan. Artinya, pemerintah provinsi gagal memanfaatkan instrumen pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Jambi.
” Ekonomi itu tumbuh bisa dipicu belanja swasta dan pemerintah, ketika belanja swasta banyak di dominasi aliran modal keluar seperti batubara, sawit, ditambah belanja APBD yang tak terukur, maka pertumbuhan akan melambat, ini dialami provinsi Jambi, ditambah satu fakta batubara membuat ekonomi Jambi kehilangan efisiensi, macet dan lama disektor transportasi barang dan jasa, ” ungkapnya.
Menurut dosen STIE Jambi ini Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Tak Berkualitas karena pertumbuhan ekonomi tidak ditandai dengan linearitas antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja utamanya di sektor formal dan ditopang
perkembangan sektor rill.
Noviardi juga menjelaskan pertumbuhan ekonomi Jambi tak berkualitas dicirikan pertama, pertumbuhan ekonomi di sektor riil (pertanian, pertambangan dan industri) namun tidak banyak yang terserap di
sektor tersebut, akibatnya kemiskinan dan
pengangguran tidak bisa dikurangi, akibatnya di Jambi pertumbuhan belum mampu
mendorong terbukanya kesempatan kerja
baru secara signifikan.
Buktinya, meski pertumbuhan di sektor-sektor tersebut terjadi itulah kantong kemiskinan berada justru berada di sektor petani, nelayan, buruh.
Dengan kata lain, Noviardi mengatakan
selama sektor riil terjebak dalam
pertumbuhan tak optimal, maka masalah
kemiskinan dan pengangguran sulit diatasi.
Kedua, sektor non-tradeable bergerak
cepat dan menjadi sumber terpenting
pertumbuhan ekonomi. Dalam penyerapan
tenaga kerja, sektor telekomunikasi,
konstruksi, dan keuangan kira-kira
menyumbang tenaga kerja yang banyak.
Ketiga, sektor manufaktur mengalami
gejala penurunan (deindustrialisasi).
Jika pertumbuhan dan kontribusi sektor industri di Provinsi Jambi rendah, daya saing, nilai tambah, dan diversifikasi komoditas perekonomian daerah dipastikan bakal keropos. Keempat, pertumbuhan ekonomi tak
berkualitas salah satunya juga diperlihatkan
pada informalisasi ekonomi. Maksudnya,
kegiatan ekonomi disesaki dengan pelaku
sektor informal, termasuk tenaga kerja
yang terlibat di dalamnya. Kelima, sebagai
faktor pendukung adalah lemahnya
APBD dalam menciptakan kesempatan
kerja dengan kata lain APBD tidak bisa
banyak diharapkan.
Selain itu, Noviardi juga menyoal jumlah penerima maupun jumlah anggaran bantuan sosial (bansos) melalui program Dumisake terus meningkat setiap tahunnya pada periode yang sama. Artinya apa ? Kemiskinan tidak berkurang.
“Masalahnya bagaimana membangun kemandirian masyarakat, bukan kita menjaga bansos dumisake itu terus berjalan. Kalau bansos terus berjalan kan tidak mandiri, bukannya kita menjemput bonus demografi, malah akan jadi beban,” tegasnya.
Tiga masalah utama dari provinsi Jambi adalah tata kelola SDA seperti barubara dan sawit yang tak dinikmati masyarakat, lalu korupsi dan inefisiensi birokrasi dengan berbagai kegiatan seremonial yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi. (***)
Discussion about this post