Jambiday.com, JAMBI – Pengamat Ekonomi Jambi Dr. Noviardi Ferzi kembali memberikan ulasan ekonomi. Menurutnya di bawah kepemimpinan Gubernur Al Haris pertumbuhan ekonomi Jambi tergolong stagnan di kisaran 5 persen dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini menyebabkan peluang Provinsi Jambi bisa menjadi daerah maju menjadi lambat. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2023 hanya sebesar 4,66 persen, menurun dari tahun 2022 yang tumbuh sebesar 5,12 persen. Sedangkan di tahun 2024 Noviardi memprediksi pertumbuhan ekonomi Jambi hanya dikisaran 4, 70 persen hingga 5,20 persen.
” Pertumbuhan ekonomi Jambi di bawah Gubernur Haris kita akui stagnan, dikisaran 5 persen. Itu sudah hitungan optimis, realisasinya di bawah 5 persen, ” ungkapnya saat diskusi ekonomi Lebaran di Jambi (13/4) tadi siang.
Selanjutnya, pengamat top Jambi ini juga menyampaikan beberapa tantangan yang dihadapi di setiap daerah adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat stabil. Pengangguran dan inflasi dapat dikurangi sambil memperkuat ekonomi pada pasar terbuka.
Terlambatnya pembangunan di Jambi secara umum dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya. Secara khusus yang di fokuskan yaitu kemiskinan dan pengangguran.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi : Faktor sumberdaya manusia, sumber daya manusia selaku subjek pembangunan yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembangunan.
Faktor sumberdaya alam, sumberdaya alam harus didukung oleh kemampuan SDMnya untuk mengelolah sumberdaya alam yang tersisa, Factor ilmu pengetahuan dan teknologi, perekembangan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pengertian pola kerja dll. Aktivitas ini yang memacu pembangunan ekonomi atau dalam kata lain menjadi pendorong, serta masalah Sumber daya modal, sumber daya modal ini dibutuhkan untuk mengeloal SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK.
Selain menyoroti pertumbuhan ekonomi, Noviardi menyoroti Data tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jambi tahun 2021 adalah sebesar 5,09 persen yang mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2020 dan meningkat dibandingkan tahun 2019.
TPT di tahun 2020 adalah sebesar 5,13 persen sedangkan di tahun 2019 sebesar 4,19 persen. Lalu, data terbaru Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jambi pada Agustus 2023 sebesar 4,53 persen turun 0,06 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022.
Noviardi menjelaskan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengacu pada Konsep Internasional Labour Organisation (ILO) merupakan persentase dari jumlah pengangguran dibagi dengan jumlah angkatan kerja.
Selain itu Noviardi juga menerangkan realisasi nilai investasi pada 2022 lalu di Provinsi Jambi mencapai kurang lebih Rp 4,7 triliun, walaupun Jambi di bidang transportasi masih menjadi problem (masalah) investasi saat ini.
“Secara nasional jika dibandingkan rata – rata TPT dengan Investasi, maka penyerapan lapangan pekerjaan hanya 1,3 juta orang, berarti setiap Rp 1 triliun cuma hasilkan 1.081 pekerjaan dibandingkan tahun 2013 lalu setiap Rp 1 triliun hampir 4.600 pekerja,” paparnya.
Hal ini menurutnya mencerminkan kondisi capital intensive industri atau kondisi di mana produksi memerlukan biaya modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan biaya untuk tenaga kerja. Oleh karena itu, ia menilai arah kebijakan sektor industri Provinsi Jambi ke depan harus terus dibenahi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang tak berkembang, perlu dicatat juga bahwa pertumbuhan kredit per tahun pun tak pernah tembus 10%, rasio pajak terhadap PDB tak pernah melampaui 11% dan bahkan hanya 9,9% satu dekade terakhir, hingga kontribusi industri terhadap PDB yang terus merosot hingga kini di level 18% dan kemiskinan ekstrem yang persisten di level 1,7%.
” Realisasi kredit perbankan mencapai pertumbuhan sebesar 6,21 persen (yoy) atau senilai Rp50,21 triliun per Desember 2023. Itupun masih bertumpu ekonomi ekstraktip, sumber daya alam, gimana kita mau maju, ” ungkapnya.
“Pembangunan ekonomi kita seperti membentur atap kaca. It seemes that we hit a glass ceiling every where, dari sistem keuangan, dari penduduk yang miskin, dari rasio pajak dan sebagainya,” jelasnya.
Menurutnya, ada sejumlah persoalan yang membuat kondisi ekonomi Jambi seperti ini selama 5 tahun terakhir. Misalnya ialah Jambi masih menjadi produsen bahan baku mentah dan sebagian besar sebagai konsumen barang dan jasa. Tak ada strategi hilirisasi yang dilakukan pemerintahan Al Haris. (RED)
Discussion about this post