Jambiday.com, BATANGHARI– Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia, Jodhi Yudono mengingatkan kepada pemerintah daerah (pemda) agar tidak terjebak dengan wartawan yang organisasi sudah masuk ke konstituen Dewan Pers (DP).
Menurutnya, itu tidak penting kenapa harus terlibat dalam urusan konstituen, yang terpenting wartawan IWO itu berkualitas dalam menyajikan tugasnya.
” Pemda jangan gila main hakim sendiri. Harus diperluas cakrawalanya. Bahwa yang penting kualitas wartawan
siapa yang datang ke anda,” kata Jodhi, Senin (21/02/22).
Karena itu, ungkapnya, ini harus dibuktikan dengan tulisan-tulisan wartawannya.
” Buktikan tulisan kalian (wartawan) itu keren, berkesinambungan dan akhirnya menunjukkan tulisan ini benar,” ucapnya.
Dia juga menjelaskan, soal konstituen DP dirinya tidak bicara perlu atau tidak diakui.
” Tapi saya bicara substansi manusia yang disebut wartawan itu adalah manusia yang bisa berdiri tegak, karena dia memiliki kemampuan jurnalis yang baik,” sebut Jodhi.
” Perkara dia jadi atau tidak itu urusan kesekian, tapi urusan pertama adalah bagaimana kita membangun diri kita sebagai manusia. Wartawan itu menjadi terpercaya karena tulisan-tulisan itu memang bisa dipercaya,” tegasnya.
Dirinya mempersilahkan wartawan masuk kemana saja bila memang tulisannya bagus pasti diterima semua pihak.
“Silakan saja masuk dan temui nara sumber mana saja, jika kualitas kalian (wartawan) dan tulisannya bagus masuk, ke mana saja pasti diterima,” imbuh Jodhi.
Dia menilai, tidak menjamin sudah masuk ke konstituen, dijamin mutunya bagus.
“Kalau kalian bisa menunjukkan itu, membuktikan bahwa kalian memang bagus. Saya kira nggak ada yang menolak,” tukasnya.
Terkait Uji Kompetensi Wartawan (UKW), sambungnya, itu kembali ke diri masing-masing.
“Tapi kalau kalian pede kualitasnya lebih bagus, itu why not kan,” tandasnya lagi.
Menurut Jodhi, yang lebih substansi bahwa wartawan harus bagus kualitasnya.
” Bagaimana tulisanmu bisa menggerakkan umat manusia gitu loh,” tambahnya.
Dia juga bercerita, pernah menulis di kolom yang namanya “Catatan Kaki”.
“Itu saya menulis seorang pembantu yang harus butuh biaya. Itu datang bantuan-bantuan dari mana saja, itu karena tulisan,” ungkapnya.
“Maksudnya bagaimana tulisan kita menggetarkan manusia lainnya untuk berbuat baik. Sekalian juga asah liputan yang menjadi stimulus bagi sesama untuk berbuat baik,” pungkasnya. (LAN)
Discussion about this post