Oleh: Nur Kholik (Penulis adalah pengamat sosial dan kebijakan publik)
KISAH pilu petani pinang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, semakin mendalam seiring dengan berlalunya dua tahun terakhir. Harga pinang, salah satu komoditas unggulan daerah ini, mengalami penurunan drastis yang mengguncang ekonomi petani, dan situasinya semakin meruncing.
Para petani setempat menemui masa-masa sulit, di mana biaya operasional mereka tak lagi bisa tertutupi, meninggalkan mereka dalam keadaan finansial yang terpuruk dan kesusahan menjalani kehidupan sehari-hari.
Sejak beberapa waktu lalu, harga pinang tak henti merosot, dan petani menjadi korban utama dari situasi ini. Ketidakmampuan mereka untuk mencukupi biaya operasional dan memperoleh penghasilan yang layak telah membawa dampak serius. Pemandangan yang mengharukan pun melanda, dimana petani yang seharusnya menjadi tulang punggung daerah, kini harus berjuang keras untuk bertahan hidup. bayangkan saja harga pinang pada dua tahun yang lalu mencapai angka Rp. 30.000,- bahkan lebih, tetapi fakta hari ini harga pinang di tingkat petani hanya tinggal Rp. 2.500,- hingga Rp. 4.000,’ tergantung kualitas dan tingkat kekeringan.
Tak dapat dipungkiri bahwa petani adalah jantung perekonomian di daerah ini. Mereka telah berjuang keras untuk mempertahankan usaha pertanian mereka, namun kondisi perekonomian yang semakin merosot membuat mereka terjepit tanpa ada jalan keluar yang jelas.
Tak sedikit dari mereka yang akhirnya merasa putus asa, dan sebagai akibatnya, beberapa petani memilih untuk menebang pohon pinang yang mereka rawat dengan penuh kasih dan menggantinya dengan tanaman lain yang diharapkan bisa memberikan penghasilan yang lebih stabil.
Namun, dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan langkah individu petani. Diperlukan tindakan konkret dan intervensi dari pemerintah untuk mengatasi krisis ini. Pemerintah harus “cawe-cawe,” artinya turun tangan dengan serius dan memperhatikan kondisi para petani serta merumuskan solusi yang berkelanjutan.
Dukungan finansial, pelatihan pertanian yang lebih baik, serta pengembangan pasar yang lebih luas adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk membantu petani keluar dari keterpurukan ini.
Selain itu, perlu adanya upaya koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pelaku industri, ahli pertanian, ahli ekonomi, serta lembaga swadaya masyarakat, guna menciptakan program-program yang mampu mendorong peningkatan harga dan permintaan terhadap produk pinang. Pemberdayaan petani melalui pendekatan ini dapat membantu menciptakan kestabilan ekonomi yang lebih baik bagi mereka.
Kita semua berharap agar pemerintah dapat mendengar jeritan petani ini dan segera mengambil tindakan nyata. Dalam kondisi saat ini, keterpurukan petani pinang bukanlah hanya masalah individu, melainkan juga merupakan cerminan dari kondisi perekonomian daerah.
Melalui langkah-langkah konkrit dan kolaboratif, kita bisa bersama-sama mengangkat martabat petani, menjaga keberlanjutan usaha pertanian, dan membawa harapan cerah bagi masa depan pertanian di Provinsi Jambi. (***)
Discussion about this post