Jambiday.com, KERINCI– Berdasarkan garis geonologis bahwa Hamparan Tuo Hiang. Khususnya Desa Hiang Tinggi, Desa Hiang Karya serta Desa Hiang Sakti, merupakan satu adat, satu keturunan dan satu hukum adat. Semua norma hukum adat sangat kuat dalam kehidupan sehari – hari.
Mengingat pentingnya norma-norma adat, sejarah dan kebudayaan asli Ninek
Limo Depati Atur Bumi Hiang, sementara para narasumber dan pakar adat sudah
mulai menua secara usia dan dikhawatirkan pengetahuan yang mereka miliki akan hilang. Maka tumbuh gagasan dari generasi muda untuk menerima
amanah nenek moyang kita yang turun temurun sejak dulunya, bangkit untuk
membangkitkan batang yang terendam, adat lamo pusako usang yang tidak
lapuk di hujan dan tidak lekang di panas dengan inisiatif sendiri dan kelompok
serta saran dan masukan para orang tua cerdik pandai.
“Maka timbullah dengan
spontan Tim penggagas yang ingin mempersatukan, membangkitkan,
mempelajari, mengkaji kembali adat lamo pusako usang Depati Atur bumi
wilayah tiga desa Hiang Tinggi Hiang Karya dan Hiang Sakti,” ungkap Hendi Wisnu Pamungkas, Inisiator Project Merayakan Hiang, 5 Oktober 2021.
FOKUS PADA TITIK TERANG
Kami percaya bahwa perubahan hanya terjadi jika kita secara kolektif berfokus
pada Bright Spots (istilah pakar perubahan Dan dan Chip Heath), terang, hal hal positif, hal-hal kecil indah dan perbaikan-perbaikan seremeh temeh apapun yang perlu.
BERPIKIR BESAR, BERTINDAK KECIL
Perbaikan bisa diupayakan secara aktif, ke arah perubahan fundamental. Sudut
yang kami pilih adalah memulainya dengan undakan- undakan kecil secara
KONSISTEN dan TERARAH, didasari oleh nilai-nilai luhur warisan bangsa seperti
ketulusan, kejujuran, gotong royong, sinergi, keguyuban serta silaturahmi.
MENJADI PAHLAWAN DENGAN SEDIKIT YANG KITA PUNYA
Untuk menjadi agen perubahan dan untuk berkontribusi ke sekitar kita, tidak
perlu menunggu jadi kaya dulu. Kita bisa memulainya dengan hal-hal nonmaterial seperti tenaga, pikiran, waktu, kepedulian
JUTAAN KUNANG-KUNANG MENERANGI KEGELAPAN
Dalam proses berbangsa yang melewati tanjakan, jurang, jalan terjal, bebatuan,
seolah-olah kita ditudungi kegelapan (kata kunci adalah seolah-olah, yakni hanya
ilusi. Kami percaya bahwa apa yang dirasa gelap hanyalah proses). Dengan
menerangi gelap secara kolektif, akhirnya lorong ke arah cita-cita menjadi terang.
Tidak perlu menunggu sampai ke ujung lorong untuk bertemu cahaya.
FOKUS PADA APA YANG KITA BISA, BUKAN PADA YANG TAK MUNGKIN
“Fokus kami ada pada apa yang kami bisa lakukan, sekarang juga, pada skala yang
kami mampu. Dan dari lingkungan yang kami bisa membuat perubahan ke arah
perbaikan. Pendeknya kami fokus pada menciptakan lingkaran-lingkaran
cemerlang,” jelas Hendi.
Lalu, kenapa harus Hiang? Sebagai lumbung sejarah yang masih mempertahankan tradisi. Kaya akan benda sejarah, Lubuk terlarang dan sumur tujuh yang penuh misteri. Serta masih terjaganya hutan adat, adanya air terjun serujen angein. Air terjun 12 tingkat yang terjaga dalam hutan adat. Serta rumah yang masih bergaya khas. Serta beberapa hal lainnya yang dipandang layak. (***)
Discussion about this post