Oleh : Dr. Noviardi Ferzi (Ekonom)
ECO REVIEW – Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak COVID-19 terhadap perekonomian. Selain penanganan krisis kesehatan, pemerintah juga menjalankan program ini sebagai respons atas penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi.
Efektif atau tidak PEN, kuncinya pada penyusunan prioritas program harus disusun secara lengkap dan mampu berfungsi menjadi roadmap ke arah bukan hanya pemulihan tapi juga perbaikan dan penguatan perekonomian nasional.
Dalam hal ini penyusunan roadmap mutlak memperhatikan aspek kewilayahan. Mempertimbangkan kekhasan wilayah menjadi keharusan, mengingat terdapat heterogenitas dampak dari Pandemi Covid-19 di tanah air.
Keharusan ini mengingat comparative advantage yang berbeda pada masing-masing daerah. Jangan kemudian terkesan dalam penyusunan prioritas dan roadmap terdapat penganak emasan sektor-sektor tertentu, seperti perhatian yang terkesan agak berlebih kepada sektor pariwisata, akan menjadi kerikil pemulihan ekonomi.
Meski economic shock yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 berangsur mereda seiring stabilnya pasar keuangan domestik dan menggeliatnya beberapa sektor perekonomian.
Akan tetapi mengingat sifatnya yang memukul baik sisi penawaran mau pun permintaan dari perekonomian, upaya pemulihan masih memerlukan lebih banyak waktu.
APBN 2022 dan tahun berikutnya, pemulihan Ekonomi Nasional akan menjadi fokus oleh karenanya pemerintah sedang menyusun roadmap untuk bergerak dan stay pada fase endemi.
Melakukan pemulihan ekonomi pasca pandemi, terlebih dahulu pemerintah harus mengenali jenis kelas ekonomi di masyarakat, dan bagaimana pengaruhnya bagi tingkat supply- demand di masyarakat. Bila tidak dikenali, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan ekonomi yang terjadi setelah masa pandemi selesai.
Dari inventarisir awal kelas masyarakat yang paling terkena dampak pandemi adalah di kelas masyarakat lower middle income grup, yang kedua adalah para pelaku usaha kecil dan menengah, sedangkan kelas menengah dan menengah ke atas yang berstatus employee hampir-hampir tidak terkena dampak pandemi, karena mempunyai status pendapatan yang tetap.
Dari data yang ada, selama pandemi penurunan angka tabungan juga terjadi di hampir semua kelas pendapatan ekonomi, kecuali yang berpenghasilan 5 juta keatas. Hal ini bisa terjadi karena konsumsi terbesar kelas menengah dan menengah kebawah ada di sektor konsumsi, sehingga tabungan mereka dihabiskan di sektor tersebut.
Lalu, ke arah mana PEN bisa diprioritaskan, Jawabannya adalah UMKM. Selama ini UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Saat pandemik ini, sektor informal atau UMKM ini menjadi sektor khusus yang menjadi perhatian Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional. Dengan harapan, UMKM dapat memperpanjang napas dan meningkatkan kinerjanya yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
Survei terhadap UMKM. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa UMKM yang relatif bisa bertahan lebih lama itu yang menyentuh digital. Kenapa bisa seperti itu? Dari sisi karakter belanjanya ternyata yang bisa bertahan itu adalah yang memiliki kemampuan untuk membaca market dan kemudian bisa mengoneksi market. Sesuatu yang bisa dibantu oleh digital.
Ekonomi digital berkembang pesat dan menjadi peluang bagi pemulihan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari e-commerce yang meningkat ekspektasinya. Perlu kombinasi memanfaatkan pemulihan ekonomi plus memanfaatkan teknologi digital itulah peluang bisnis ke depan di tengah pemulihan ekonomi.
Dalam peta ekonomi global dan nasional bahkan lokal, Digitalisasi bisnis merupakan masa depan yang telah dimulai. PEN kita harapkan bisa mendukung bisnis untuk masa depan, mengoptimalkan bonus demografi.
Ketika bonus demografi ini kan usia produktif makin meningkat. Maka perlu penyediaan lapangan pekerjaan yang makin luas. Dengan merintis usaha dari sekarang, jika berhasil nanti akan memberikan kontribusi pada penyediaan lapangan kerja. (***)
Discussion about this post