Jambiday.com, BATANG HARI- Bukan sekadar deretan pagar tinggi yang terlihat, melainkan hamparan hijau padi, sayuran segar, hingga suara kokok ayam kampung yang kini turut meramaikan udara saat Kamis pagi (25/09/25) pagi Jambiday.com tiba di Lapas Muara Bulian.
Inilah wajah baru pemasyarakatan di Jambi Sentra Ketahanan Pangan Lapas Muara Bulian, sebuah program yang lahir dari gagasan visioner Kepala Kanwil Ditjenpas Jambi, Hidayat. Program ini diberi nama Kerabat Pangan Lapas. Filosofinya sederhana, namun sarat makna: lapas bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga rumah bagi kreativitas, kemandirian, dan kerja sama berbasis pentahelix melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media. “Kerabat” menandakan kedekatan, kebersamaan, dan kolaborasi. Sedangkan “Pangan” menjadi simbol keberlanjutan hidup.
Dari Gagasan Jadi Inspirasi
Hidayat menuturkan, ide ini muncul dari keprihatinannya melihat banyak lahan di sekitar lapas yang belum dimanfaatkan secara optimal.
“Kalau lahan ini bisa produktif, mengapa tidak kita gunakan untuk ketahanan pangan? Bukan hanya untuk Lapas, tetapi juga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar,” ujarnya suatu ketika.
Berawal dari kegelisahan itu, lahirlah proyek perubahan di lingkungan pemasyarakatan Jambi. Sentra ketahanan pangan pertama diimplementasikan di Lapas Muara Bulian sebagai pilot project. Tak sekadar menanam, warga binaan dibimbing agar mampu menguasai keterampilan baru: mulai dari pertanian modern berbasis smart farming, hingga peternakan ayam kampung dan ayam petelur.
Kini, sudah ada 700 ekor ayam yang dipelihara. Lebih membanggakan lagi, warga binaan tak lagi bergantung pada pakan pabrikan. Mereka belajar mengolah sendiri pakan ayam dari sayuran hasil kebun lapas. Sayuran yang tak layak jual dicacah, difermentasi, lalu menjadi pakan bergizi.

“Selain hemat biaya, pakan ini lebih organik dan terjamin. Kami bisa mandiri, bahkan lebih sehat,” ungkap seorang petugas Lapas dengan wajah sumringah.
Warga Binaan Jadi Mandiri
Bagi warga binaan, program ini menjadi pengalaman yang tak ternilai. Salah seorang warga binaan mengaku bangga bisa ikut serta.
“Saya dulu tidak tahu cara bertani atau beternak. Sekarang, bukan hanya bisa menanam padi, saya juga bisa bikin pakan ayam sendiri. Rasanya seperti sedang menyiapkan masa depan,” tuturnya lirih, namun penuh keyakinan.
Keterampilan yang mereka peroleh bukan hanya mengisi waktu, tetapi juga menjadi bekal hidup setelah bebas. Hasil panen pertanian dan peternakan sebagian menopang dapur lapas, sebagian lain dipasarkan melalui kios pangan dan bazar murah untuk masyarakat sekitar. Bahkan, hasil usaha ini mulai memberi kontribusi nyata terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Bagi Hidayat, program ini bukan sekadar proyek sesaat, melainkan model pembinaan masa depan. Ia ingin setiap Lapas di Jambi, bahkan di Indonesia, memiliki sentra ketahanan pangan dengan ciri khas masing-masing.
“Kita ingin mengubah mindset bahwa Lapas hanya tempat hukuman. Lapas juga bisa menjadi sentra produktivitas, inovasi, dan inspirasi. Harapannya, dari balik jeruji, lahir warga binaan yang lebih siap, lebih mandiri, dan lebih berguna ketika kembali ke tengah masyarakat. Kerabat Pangan Lapas menjadi simbol harapan baru bahwa perubahan bisa dimulai dari mana saja, bahkan dari balik tembok tinggi yang dulu hanya dianggap sebagai batas,” kata Hidayat.
Sentra ketahanan pangan Lapas Muara Bulian hanyalah awal. Ditargetkan hingga Oktober, 11 UPT Pemasyarakatan di Jambi akan memiliki program serupa, dengan total lahan sekitar enam hektare. Setiap UPT akan menyesuaikan dengan kondisi dan potensi uniknya masing-masing.
Mimpi besarnya, program ini bukan hanya milik Jambi. Ia bisa menjadi inspirasi nasional, menjelma sebagai wujud nyata arahan Presiden melalui Asta Cita dan program akselerasi Kemenkumham. Dari balik tembok tinggi Lapas, lahir sebuah kontribusi bagi ketahanan pangan bangsa. Dan di hari itu, semua yang hadir seolah menyadari: pembinaan warga binaan tak melulu soal pembatasan kebebasan. Ia juga tentang menumbuhkan harapan baru sebuah harapan yang bisa tumbuh subur, bahkan dari balik jeruji. (OYI)
Discussion about this post