Jeihan Zhahira, Mahasiswa UIN STS Jambi
PADA 2 Maret 2020, pemerintah pertama kalinya mengumumkan kasus covid-19 di Indonesia, akan tetapi Pakar Epidemilogi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyebutkan bahwa virus corona jenis SARS- Cov 2 sebagai penyebab Covid-19 itu mulai masuk ke Indonesia Ketika awal Januari 2020. Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan yang bertujuan untuk memutus rantai penularan Pandemi Covid-19. Salah satunya dengan penerapan kebijakan social distancing, dimana warga harus menjalankan seluruh aktivitas dirumah, seperti belajar, bekerja, dan juga melaksanakan ibadah
Selain berdampak pada sektor perekonomian, sector Pendidikan juga terkena Dampak dari pandemi Covid- 19 yang cukup fatal. Kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dilakukan dalam jarak jauh. Hal ini sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 19).
Dari kebijakan ini timbul masalah lain seperti belum adanya kesiapan dari banyak pihak serta banyak diantaranya tidak memiliki perangkat yang menunjang pembelajaran jarak jauh. Bagi Sebagian orang tua juga mengeluhkan harus mendampingi anak belajar padahal mereka juga harus bekerja dari rumah (Work From Home). Kemudian jaringan internet yang tidak stabil, juga merupakan kendala bagi siswa yang tinggal dipedalaman. Permasalahan ini berdampak menjadi kurangnya efektivitas pembelajaran dengan jarak jauh atau daring.
Transisi Menuju Tatap Muka
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Gedung DPR RI menegaskan diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM) pada bulan juli ini. Tentunya halnya ini ada pro dan kontra, Mengingat lonjakan kasus covid sangat tinggi hingga mencapai 20.574 kasus, ini jadi yang tertinggi sejak pandemi pertama kali diumumkan pada awal maret 2020 lalu.
Dibukanya kembali sekolah ini diperlukan sebab tempat umum lain sudah dibuka terlebih dahulu, seperti mal, bioskop dan kantor. Sedangkan sekolah menjadi pilihan terakhir yang dibuka. Indonesia adalah salah satu dari empat negara di Kawasan Asia Pasifik yang belum melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh. Sementara 23 persen lainnya atau hamper 85 persen sudah menggunakan pembelajaran tatap muka. Orang tua dapat memilih bagi anaknya untuk melakukan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran tatap muka.
Mungkin bagi Sebagian orang tua, sekolah tatap muka adalah pilihan yang terbaik daripada anaknya tetap bermain dengan teman-teman di lingkungan, orang tua juga mulai jenuh dan capek karena harus fokus bekerja juga, dan beranggapan anak akan kurang bersosialisasi.
Untuk daerah kabupaten bungo sendiri pembelajaran tatap muka terbatas sudah dilakukan sejak januari 2021 dengan pelaksaan protocol kesehatan yang ketat disekolah. Siswi-siswi memakai masker selama kegiatan belajar berlangsung, dan jarak bangku siswa berkisar hampir 2 meter.
Menurut dr. RA Adaninggar (Edukator dan Praktisi kesehatan) adalah perhatian bagaimana pelaksanaan protocol Kesehatan nanti di sekolah, sementara kita tahu disiplin masyarakat Indonesia rendah, sense of crisis tumpul, dan kasus Covid di sekitar masih banyak. Oleh karena itu, saya masih membatasi interaksi keluarga saya dengan orang lain, saya dan suami bekerja ditempat yang berisiko tinggi, ini saja sudah berisiko pada anak-anak saya, ditambah lagi bila harus memaparkan anak-anak ke dunia luar yang tidak “aman”. “Untuk sekarang masih tim sekolah online karena SOP protokol kesehatan sekolah sepertinya masih belum jelas”, tambahnya.
Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri juga meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim untuk menunda rencana pembelajaran tatap muka terbatas yang rencananya akan dilakukan di bulan Juli 2021. hal ini dikarenakan adanya lonjakan kasus covid-19.
Saran untuk Pemerintah : testing dan tracing agresif, batasi mobilitas masyarakat secara tegas, percepat dan perluas cakupan vaksinasi, berantas hoax sampai ke akarnya.
Masyarakat : patuh protokol kesehatan, dukung vaksinasi, lawan hoax dan tingkatkan literasi.
Jadi Kamu tim mana guys? Pembelajaran online apa tatap muka?
Discussion about this post