Jambiday.com, JAMBI– Pengamat Ekonomi Jambi Dr. Noviardi Ferzi meramalkan inflasi bisa mencapai 9 persen hingga akhir tahun 2022. Jika pemerintah tetap malaksanakan rencanabmenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pertalite dan solar.
Menurut pengamat yang dikenal kritis ini mengatakan inflasi pada akhir 2022 sangat ditentukan oleh besaran kenaikan BBM. Jika naik menjadi Rp 10 ribu per liter, maka inflasi bisa mencapai 8 – 9 persen YoY.
Hal itu karena ada efek langsung terhadap konsumsi masyarakat, terutama dari sisi transportasi dan logistik. Sedangkan dampak tidak langsungnya, ongkos produksi dunia usaha akan naik.
Dalam hal ini Noviardi menambahkan tekanan inflasi di Jambi semester dua tahun 2022 akan meningkat di tengah penyesuaian harga BBM. Hal ini disebabkan dengan membaiknya permintaan (demand-pull inflation) ditambah dengan harga bahan makanan dan energi yang lebih tinggi (cost-push inflation).
Perhitungannya menunjukkan jika harga pertalite dinaikkan dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter, maka akan meningkatkan inflasi sebesar 0,83 persen poin. Juga berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi minus 0,17 persen poin.
Sementara kenaikan harga solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 8.500 per liter akan berkontribusi mengerek inflasi sekitar 0,33 persen poin dan menurunkan pertumbuhan ekonomi minus 0,07 persen poin.
” Inflasi itu bisa dihitung dari indeks harga konsumen (IHK) Agustus yang mencatat deflasi bulanan. Kenaikan harga BBM akan direspon pasar pada kenaikan harga barang, bisa terkontraksi 0,12 persen month-to-month (MtM) dibanding 0,64 persen MtM pada Juli 2022, yang didorong oleh penurunan harga bahan pangan, khususnya bawang merah, cabai merah, daging ayam, dan minyak goreng, ” ungkapnya di Jambi (1/9/22) kemarin.
Berdasarkan dua indikator ini, baik rencana kenaikan BBM dan faktor supply demand, proyeksi inflasi inti tahunan akan terus menguat seiring dengan membaiknya permintaan dan mobilitas masyarakat. Meski data inflasi Agustus yang publish September 2022 nanti diperkirakan akan turun, dibanding Inflasi Juli 2022 yang meroket hingga 8, 55 persen.
Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan cukup besar. Tak hanya berdampak pada putaran pertama inflasi administered price. Tapi juga di putaran kedua pada transportasi serta barang dan jasa lainnya.
“Ini berarti inflasi utama dan inti dapat memanas secara signifikan setelah kenaikan (harga BBM),”
Sehingga masyarakat diminta siap-siap lantaran harga barang dan jasa akan ikut naik.
“Karena salah satu komponen bahan bakunya adalah BBM. Namun jika kenaikan BBM dilakukan secara gradual tidak langsung Rp 10 ribu per liter, mungkin bisa lebih rendah,” tandasnya. (RED)
Discussion about this post