Jambiday.com, BATANGHARI– Wakil Bupati Batanghari dampingi Tim Ekspedisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang tiba di Desa Rambutan Masam (RBM) Kecamatan Muara Tembesi, Kamis (14/07/2022).
Tim Ekspedisi DAS berasal dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, dalam rangka pelaksanaan penilitian Sejarah Kebudayaan di sepanjang Sungai Batang Hari.
Dalam kata sambutan Wakil Bupati Batanghari Bakhtiar di halaman Balai Desa, menyampaikan bahwa di sungai Batang Hari diminta pembuktian yang mengakui bahwa itu merupakan jalur transportasi sungai pada masa lalu sebagai tempat proses perniagaan.
“Muara Tembesi ini pernah memiliki kejayaan di masa yang lalu, karena berdasarkan sejarah tempat pelabuhan jalur rempah berada di Pasar Muara Tembesi.”
“Dulu transaksinya banyak di Pasar Muara Tembesi melalui kapal junk kemudian kapal kecil pencalang atau perahu kecil yang mengangkut barang-barang dari luar. Seperti baju, keramik, kemudian ditukar dengan lada, pala, cengkeh, merica dan segala macam rempah,” ucapnya.
Selain itu, ia menambahkan napak tilas yang lalu tempat para pejuang-pejuang kerajaan melayu khususnya jambi adanya di Desa Rambutan Masam.
Karena napak tilasnya dari Sultan Nazarudin rumahnya dulu ada di Rambutan Masam begitu juga para turunannya, sampai ke perjuangan Sultan Thaha.
“Kenapa di seberang itu Pasar Muara Tembesi ada benteng Belanda, itulah tempat kita berjuang melawan Belanda pada masa dahulu. Pada masa lalu di Kabupaten Batanghari ini tempat transportasi strategis adalah jalur sungai untuk proses berniaga. Dari Tanjung Jabung Timur daerah selat malaka masuk melalui Sungai Batanghari dan menuju ke daerah Sumatera Barat Solok Dharmasraya dan Solok selatan,” ucapnya.
Dalam perjalanan sungai itu tentunya akan melewati simpang tiga sungai di Muara Tembesi yang menuju Bengkulu, Kerinci, Merangin, Sarolangun, yang tetap melewati simpang tiga sungai di Muara Tembesi dan Desa Rambutan Masam ini.
“Sebagai jalur transportasi yang maju pada masanya lalu, tentu banyak meninggalkan peradaban kebudayaan, mulai dari banyaknya orang cina hingga sejarah daripada belanda,” katanya.
Desa Rambutan Masam yang memilik 179 Objek Pemajuan Kebudayaan. Ia menjelaskan, dari sepuluh objek ada yang menyangkut tentang cagar budaya, bahasa ritus maupun bahasa lisan maupun bahasa yang berkembang pada masa itu di Rambutan Masam.
“Dan itu kita menyerahkan hal ini kepada Direktorat perlindungan kebudayaan untuk dilakukan penelitian dan selanjutnya dilakukan pelestarian terhadap kebudayaan di kabupaten khususnya di Desa RBM,” katanya.
Ia mengajak Tim Ekspidisi untuk meninjau makam keramat Johor dan makam pangeran Adi Joyo Kusumo atau dikenal dengan Pedak. (LAN)
Discussion about this post