Jambiday.com, JAMBI – Bangkitkan semangat generasi muda teater di Jambi, para dosen program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia (PS-PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari (UNBARI) menghadirkan mahasiswa/i ke panggung Teater Arena Taman Budaya Jambi (TBJ).
Sanggar Sastra bentukan dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PS-PBSI) tersebut mementaskan karya Usmar Ismail berjudul “Ayahku Pulang” 10 s.d 11 Juni 2021.
Pergelaran berlangsung dua hari dengan empat kali tampilan di bawah racikan sang sutradara Regi Ananda Winardo, para pemeran mampu memberikan kesan kepada penonton terhadap kemampuan aktingnya di panggung.
Regi Ananda Winardo menyampaikan, banyak naskah telah dia baca namun naskah Ayahku Pulang yang menjadi pilihan karena ceritanya realis, semoga pesannya sampai kepada penonton.
“Ayahku pulang cerita realis, karena realis diharapkan adik-adik mahasiswa atau siapapun yang baru pertama kali menonton dapat memahami cerita,” ujarnya (Jum’at, 10/06/2021).
Ia juga berharap teater ini dapat terus berjalan ke depannya.
“Harapannya teater ini terus berjalan ke depannya, adik-adik ini memulai semua dari Nol, benar-benar baru belajar” ungkapnya.
Kisah diawali saat lebaran di mana sang suami telah pergi meninggalkan istri, 2 anak perempuan dan 1 anak lelaki sekira dua puluh tahun lamanya.
Ketika malam takbir berkumandang saling bersahut-sahutan, di rumah yang jauh dari kesan mewah hanya terdapat satu mesin jahit, kursi dan meja makan, serta kursi tamu sederhana. Sambil menjahit baju, sang ibu bercerita tentang masa lalu suami kepada putra sulungnya.
Putra sulungnya tampak sangat membenci ayahnya yang tega meninggalkan mereka dan membiarkan sang ibu berjuang sendiri membesarkan mereka. Sang putra tersebut juga harus kehilangan masa bermain demi bekerja membantu perekonomian keluarga. Dia ingin ibunya segera melupakan bayang-bayang masa lalu itu.
Singkat cerita, Ibu dan anak-anak ini berkumpul di rumah, tanpa disangka sang ayah kembali pulang dengan tergopoh-gopoh dalam kerentaan usia. Ayah pulang dengan berpakaian tidak layak sambil membawa gumpalan sarung di bahunya, berkopiah lusuh dengan mengucapkan salam agar kedatangannya di terima kembali oleh keluarga itu. Apakah diterima dengan sambutan hangat,?
Tentu saja putra sulungnya tak ingin menerima, tak sudi atas perbuatan dan rasa sakit yang mereka alami sepeninggalan ayahnya entah kemana tanpa kabar yang melupakan tanggung jawabnya selaku suami serta ayah.
Perdebatan, konflik juga pertengkaran pecah, Sang ayah terpaksa harus pergi kembali karena kerasnya penolakan dari putra sulung. Deraian air mata dari ibu dan adik perempuannya, tak membuat dia melunak.
Adik perempuannya tetap tak menerima penolakan itu, karena ibu mereka telah memaafkan Ayah. Lantas pergilah adik perempuan menyusul kepergian ayah, bukan ayah yang didapati tetapi hanyalah pakaian dan kopiah lusuh di bawah sebuah jembatan.
Ratapan tangis pada akhirnya juga menghanyutkan putra sulung dalam penyesalan, sang ayah yang selama ini ditunggu pada akhirnya benar-benar meninggalkan mereka dan tak akan pernah kembali lagi.
Kepiawaian para aktor yaitu: Diky Andrea, Putri Silvia Anisa, Bilqis Shyanadi, Neni Wulansari dan Muhammad Mun’im, dalam memainkan peran pada cerita tak terlepas dari sentuhan tangan dingin, sutradara yang merupakan salah satu aktor pentolan di Teater AiR Jambi.
Tampak beberapa penonton yang didominasi oleh mahasiswa/i Universitas Batanghari terkesima, bahkan dosen yang hadir pun turut mengusap air mata diujung pergelaran.
Hendry Nursal, Alumni PS-PBSI FKIP Universitas Batanghari yang telah menyelesaikan masa studinya tahun 2008, mengapresiasi atas pergelaran ini dan mengharapkan ke depan terus secara intens menghadirkan pergelaran.
“Mereka sudah berupaya menghadirkan yang terbaik, pergelaran Ayahku pulang, menunjukan ada potensi besar yang diharapkan terus terlaksana, mereka berhasil tampil mengesankan dihadapan penonton. Semoga tidak hanya sekali ini saja,” tutur Hendry, merupakan salah satu penggiat yang tergabung di Teater Tonggak.
Kepada para pemeran dan seluruh tim produksi yang terlibat seusai pergelaran kedua, Hendry yang notabene juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Jambi saat ini, meminta jangan membandingkan namun kuncinya terus belajar dan mengasah kemampuan berakting.
“Saya apresiasi dan bangga atas pergelaran ini karena bicara terbaik tentunya akan banyak yang lebih baik. Untuk Sutradara, pemeran dan seluruh yang terlibat, kalian sudah melakukan yang terbaik, kuncinya kompak dan teruslah belajar, teruslah mengasah kemampuan akting,” tandas Hendry.
Di samping itu, sang penggerak pergelaran ini Dra Erlina Zahar M.Pd, berterima kasih atas apresiasi yang disampaikan Hendry.
“Terima kasih, atas perhatian yang diberikan dan kritik saran membangun tentunya sangat berharga bagi adik-adik. Mereka semua baru belajar, mereka butuh evaluasi, sehingga ke depan bisa menghadirkan pergelaran lebih baik lagi,” ungkapnya. (***)
Discussion about this post