Jambiday.com, BATANGHARI-Naiknya harga kedelai, membuat Buk Etik (50), salah seorang pengelola tahu di Jalan MTQ, RT 35 RW 07 Kelurahan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari mengeluh. Diakuinya kenaikan harga kedelai berimbang ke produksi pembuatan tahunya jadi berkurang. Ditambah hantaman pandemi covid-19 yang belum selesai. Hingga membuat susah pada pengelola kedelai.
Hal ini dikatakannya saat dijumpai awak media Jambiday.com dikediamnya.
Buk Etik menyebutkan naiknya harga kedelai membuat omset pemasukan menurun mencapai 20%. Dan produksi pembuatan tahu yang sangat turun jumlahnya.
“Iya kedelai sekarang sudah mencapai Rp 12 ribu lebih perkilo, sebelumnya hanya Rp 10 ribu. Ini membuat produksi saya berkurang, yang biasa dua ton sehari, ini hanya 1 ton sehari,” kata Buk Etik, Rabu (23/02/22).
Ia juga menjelaskan, sudah hampir setengah bulan ini kedelai masih belum stabil harganya. Ditambah lagi miyak goreng yang saat ini sangat susah di dapatkan.
“Miyak goreng mahal dan susah mencarinya, mana saya sangat membutuhkan minyak goreng itu perhari. Karena sehari saya membutuhkan 20 kilo,” ujarnya.
Masih kata Buk Etik, Dari dampak mahalnya kedelai dan susah minyak goreng, ia juga mengurang karyawan karena tidak sanggup untuk membayar gaji.
“Saya kurang karyawan satu, yang dahulunya lima, sekarang hanya empat,” jelasnya.
Buk etik juga berharap kepada pemerintah agar bisa memperhatikan pengrajin pengusaha industri. Supaya minyak goreng dan kedelai cepat di stabilkan harga. Dan cepat di normalkan penjualan minyak goreng tersebut. (LAN)
Discussion about this post