Oleh Antony Z Abidin (AZA)
DULU di Kota Jambi juga merapat kapal2 besar dengan tonase hingga 3000 ton. Pelabuhannya sekarang menjadi Mall WTC.
Pertama kali saya ke Jakarta naik kapal Takari dari pelabuhan itu (1967). Bahkan ketika saya mau melanjutkan sekolah ke jambi dari Bangko, naik kapal motor. Kapal2 kecil itulah.
Transportasi sungai sangat penting hingga awal tahun 70an, urat nadi utama ekonomi Jambi.
Ketika jalan dan jembatan mulai dibangun sejak repelita pertama, transportasi sungai mulai berkurang dan lama kelamaan hilang.
Kapal-kapal motor itu lenyap di abad 21. Digantikan truk2, bus, mobil2 travel, sedan, minibus dan sepeda motor.
Hanya Jambi dan Riau di pulau Sumatera yang tidak punya kereta api, karena mengandalkan sungai.
Kini fungsi ekonomi sungai di Jambi nyaris hilang, bahkan di dusun-dusun hampir sudah dak ada lagi perahu, digantikan sepeda motor.
Itu sangat menyedihkan, karena konsumtif, boros BBM yg utk mencukupi keborosan itu harus diimpor. Dan menimbulkan polusi udara yg berbahaya bagi kesehatan.
Sungai Batang Hari kini merana. Semakin sempit, dangkal dan dipenuhi racun merkuri.
Ikan-ikan semakin sedikit. Yang sedikit itu pun sudah dirasuki merkuri yang jika dikonsumsi berdampak timbulnya berbagai macam penyakit, antara lain: kanker.
Terlebih lagi sejak 15 tahun terakhir, penambangan emas tanpa izin (PETI) semakin menggila, membuat banyak sungai-sungai di jambi keruh sepanjang tahun.
Sungai Masumai, tempat saya pertama kali belajar berenang, mandi dan bermain di masa kecil, kini sudah menjadi kolam racun yang sangat kumuh. Penambangan emas liar semakin menjadi.
Ada yg bilang, PETI dgn menggunakan alat berat seperti escavator karena sumber ekonomi rakyat berkurang. Harga karet rendah. Tetapi ketika harga karet naik pun, sungai-sungai tersebut tetap butek. Sangat keruh, pekat.
Menurut Gubernur Al Haris, sedang ditunggu Peraturan Mentri, yang akan memberikan legalisasi bagi peti-peti tersebut. Diberikan izin terbatas dengan persyaratan tidak boleh lagi ada mekanisasi dan pembuangan limbah merkuri ke sungai.
Sehingga sungai-sungai yang sedang sekarat itu, bisa pulih kembali. Anak-Anak bisa berenang kembali, airnya jernih ikannyo banyak. Layak minum.
Fungsi sosial, budaya dan ekonomi Sungai Batang Hari sudah saatnya kita kembalikan.
Kapal2 kecil dan sedang dapat berlayar kembali hingga ke hulu, seperti yg dicatat sejarah pada ekspedisi Pamalayu tahun 1275 silam.
Fungsi-fungsi tersebut masih tetap
dilestarikan pada sungai2 di Eropa hingga sekarang. Bahkan selalu ditingkatkan. Eropa baru saja rampung membangun kanal sepanjang 107 km yg menghubungkan sungai di bagian timur ke sungai di bagian barat benua itu.
Kapal2 besar logistik dan turisme dengan tonase maksimal 1300 dapat hilir mudik di sungai-sungai tersebut. Pada hal moda transportasi udara dan darat, jalan dan rel kereta api juga semakin canggih. Sangat efisien.
Mereka tdk mengabaikan pemberian Sang Maha Pencipta: sungai. Mereka bisa membuat sungai2 tetap jernih dan dapat dilayari sampai jauh.
Mari bergabung dgn Komunitas Sahabat Sungai Batang Hari yg dicanangkan 15 Oktober lalu di Kota Jambi.
Sebagai bukti kita tidak mengabaikan anugerah Tuhan YME, Allah SWT. Berupa sungai Batang Hari yg lebar.
Sungai terpanjang di Pulau Sumatera. (***)
Discussion about this post