Jambiday.com, MUARO JAMBI- Wakil Ketua I DPRD Provinsi Jambi, Ir H. Ivan Wirata, ST, MM, MT menyatakan dukungannya terhadap rencana revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Komplek Percandian Muaro Jambi. Menurutnya, revitalisasi kawasan yang memiliki luas sekitar 3.981 hektar tersebut tidak hanya penting untuk pelestarian nilai sejarah dan budaya, tetapi juga berperan strategis dalam menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya delapan desa yang dikenal dengan sebutan Delapan Lawang.
Kawasan Percandian Muaro Jambi yang ditetapkan sebagai KCBN melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 260/M/2013 ini merupakan salah satu situs purbakala peninggalan Kerajaan Melayu-Kuno dan Sriwijaya yang memiliki nilai arkeologis tinggi. Terdapat setidaknya 82 struktur bata kuno yang telah teridentifikasi, dan sembilan di antaranya sudah direstorasi, seperti Candi Tinggi, Candi Gumpung, dan Candi Kedaton.
Ivan Wirata menjelaskan bahwa revitalisasi kawasan ini bukan hanya sebatas pelestarian fisik bangunan cagar budaya, tetapi harus menyentuh aspek sosial-ekonomi masyarakat sekitar. Ia menilai, delapan desa yang termasuk dalam Delapan Lawang yakni Desa Muaro Jambi, Danau Lamo, Kemingking Dalam, Kemingking Luar, Dusun Baru, Teluk Jambu, Tebat Patah dan Desa Danau Lamo memiliki potensi besar untuk tumbuh sebagai desa wisata berbasis budaya dan sejarah jika didukung oleh infrastruktur yang memadai.
“Kami di DPRD Provinsi Jambi siap mendukung upaya pemerintah pusat maupun daerah dalam merevitalisasi kawasan ini. Revitalisasi ini bukan hanya bicara tentang menjaga warisan leluhur, tetapi juga soal membuka peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Harus kita ketahui, luas komplek percandian kita itu delapan kali lebih luas dari Candi Borobudur. Jadi tidak mustahil, bisa mengarah kesana potensi kita. Namun, harus ada political will dari pemerintah untuk menghilangkan semua sumber masalah di sekitar candi. Seperti stockpile batu bara itu, sampai sekarang belum selesai juga masalahnya,” ujar Ivan Wirata.
Lebih lanjut, mantan Kepala Dinas PUPR Provinsi Jambi ini juga menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, fasilitas sanitasi, pusat informasi wisata, penginapan berbasis homestay, hingga pelatihan SDM lokal di bidang pariwisata.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, jumlah kunjungan wisatawan ke Komplek Percandian Muaro Jambi terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023 tercatat sebanyak 78 ribu kunjungan, meningkat 15% dari tahun sebelumnya. Potensi ini, menurut Bang Ivan Wirata (BIW) harus dimaksimalkan melalui sinergi lintas sektor antara pemerintah, DPRD, tokoh adat, dan masyarakat.
BIW juga berharap adanya kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, dan Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendesain masterplan revitalisasi yang berbasis riset arkeologi dan potensi lokal.
“Revitalisasi ini bisa menjadi contoh bagaimana pelestarian budaya bisa selaras dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Ke depan, saya juga mendorong agar kawasan ini bisa masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO secara penuh,” tambahnya.
Untuk diketahui, kawasan ini telah masuk dalam tentative list UNESCO sejak 2009 dengan nomor 5465 dan masih menunggu penguatan dari sisi tata kelola kawasan dan keberlanjutan dukungan masyarakat lokal.
Revitalisasi Komplek Percandian Muaro Jambi diharapkan tidak hanya menjadi proyek fisik, tetapi juga sebagai upaya holistik dalam membangun identitas kultural Jambi yang kuat, sekaligus menjadikan kawasan ini sebagai pusat edukasi dan destinasi unggulan nasional.
Program Wisata Berbasis Edukasi dan Ekonomi Kerakyatan
Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Komplek Percandian Muaro Jambi, yang menyimpan jejak peradaban kuno Kerajaan Melayu dan Sriwijaya, tidak hanya menyimpan nilai historis dan arkeologis tinggi, namun juga menyimpan potensi besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis pariwisata budaya. Dalam rangka mengoptimalkan potensi tersebut, tengah disusun sejumlah rencana program wisata terpadu yang akan menghidupkan kawasan sekaligus memberdayakan penduduk lokal secara berkelanjutan.
BIW menilai program-program tersebut mencakup pendekatan kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pelestarian budaya, dan masyarakat setempat, khususnya dari delapan desa yang berada di sekitar kawasan cagar budaya atau dikenal dengan Delapan Lawang. Program dirancang untuk menyasar dua aspek utama: pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
1. Pengembangan Ekowisata Budaya dan Sejarah
Konsep wisata yang dirancang mengusung prinsip konservasi aktif, yaitu pelestarian situs disertai dengan aktivitas wisata berkelanjutan. Beberapa bentuk program wisata yang akan dikembangkan meliputi:
*. Wisata Candi Berbasis Narasi Sejarah
Wisatawan diajak menyusuri jejak sejarah melalui jalur-jalur candi yang telah dipugar, seperti Candi Tinggi, Candi Gumpung, dan Candi Kedaton, dengan narasi sejarah yang terstruktur, akurat, dan komunikatif, disampaikan oleh pemandu lokal yang terlatih.
*. Wisata Sepeda dan Susur Sungai Batanghari
Mengingat lokasi situs ini dulunya merupakan pusat perdagangan dan pendidikan berbasis sungai, wisatawan akan diajak menyusuri Sungai Batanghari dan jalur sepeda kuno sambil mendengar kisah sejarah masa lalu.
*. Pusat Kerajinan dan Kuliner Khas Muaro Jambi
Galeri UMKM akan dibangun untuk memamerkan kerajinan tangan lokal, batik khas Jambi bermotif candi, serta olahan kuliner tradisional. Ini menjadi salah satu pengungkit ekonomi yang sangat nyata bagi masyarakat desa.
*. Festival Budaya dan Hari Cagar Budaya Nasional
Agenda tahunan seperti Festival Candi, pertunjukan seni tari tradisional Melayu, lomba penulisan aksara kuno, dan pementasan kisah sejarah Sriwijaya akan digelar untuk menarik wisatawan nasional dan internasional.
2. Program Pelatihan Pemandu Wisata (Guide) Berbasis Kompetensi Lokal
Kesadaran akan pentingnya edukasi dan penguasaan keterampilan menjadi salah satu kunci sukses pengelolaan wisata berbasis masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi akan melaksanakan pelatihan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan cagar budaya, dengan sasaran utama generasi muda di Delapan Lawang. Menurut BIW, ada beberapa materi pelatihan yang bisa diberikan antara lain:
*. Pelatihan Bahasa Inggris Dasar (Pasif) untuk Wisatawan Asing
Penduduk lokal, terutama pemuda desa, akan diberikan pelatihan bahasa Inggris fungsional yang memungkinkan mereka menyambut wisatawan asing dengan sopan, menjelaskan rute, dan menyampaikan informasi dasar seputar candi.
*. Pelatihan Interpretasi Sejarah dan Budaya Candi Muaro Jambi
Materi pelatihan disusun berdasarkan hasil riset arkeologis yang valid. Pemandu wisata dilatih untuk menyampaikan narasi sejarah yang tidak hanya informatif, tetapi juga menarik secara storytelling.
*. Sertifikasi Pemandu Wisata Lokal
Pemerintah bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan sertifikasi nasional (seperti LSP Pariwisata) agar warga bisa mendapatkan sertifikat resmi sebagai pemandu wisata berstandar nasional.
*. Workshop Digitalisasi Sejarah dan Promosi Wisata Digital
Dalam era digital, pelatihan membuat konten media sosial, video promosi sejarah, dan fotografi cagar budaya juga akan diberikan agar masyarakat bisa turut serta dalam promosi wisata berbasis komunitas.
3. Peran Pemerintah dalam Menjamin Keberlanjutan Program
Menurut BIW pentingnya kehadiran dan konsistensi pemerintah dalam membangun sistem pendukung yang berkelanjutan. Hal ini mencakup penyediaan infrastruktur pendukung (akses jalan, papan informasi sejarah, rest area), regulasi tata kelola kawasan wisata, hingga integrasi Muaro Jambi dalam destinasi strategis nasional (DSN) untuk mendapatkan prioritas pembiayaan pusat.
“Pemerintah harus hadir tidak hanya dalam pembangunan fisik, tetapi juga dalam membangun kapasitas masyarakat. Mereka adalah ujung tombak pariwisata yang akan menyampaikan narasi sejarah kepada dunia,” tegas Legislator Provinsi Jambi dengan Daerah Pilihan Muaro Jambi- Batang Hari ini.
Dengan pelaksanaan program wisata terpadu dan pelatihan edukatif tersebut, Komplek Percandian Muaro Jambi tidak hanya menjadi situs sejarah masa lalu, tetapi juga menjadi harapan masa depan ekonomi masyarakat Jambi yang berdaya, terampil, dan bangga pada warisan leluhurnya. (OYI)
Discussion about this post